Mohon tunggu...
Izzah Zayyin Najwa Subhekti
Izzah Zayyin Najwa Subhekti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Loves writing and reading novels ^^

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Perilaku Compulsive Buying pada Remaja

17 Januari 2024   16:10 Diperbarui: 17 Januari 2024   17:20 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Compulsive buying behavior

Zaman sudah semakin berkembang, teknologi yang lebih canggih semakin memudahkan semua orang termasuk para remaja saat ini untuk belanja. Kita tidak perlu capek-capek pergi belanja secara offline store, karena saat ini sudah banyak terdapat aplikasi belanja online atau e-commerce di handphone kita masing-masing. Dengan adanya e-commerce, seperti shopee, tokopedia, lazada, dan lain sebagainya. maka semakin mudah juga kita untuk membeli barang secara online. Hal tersebut bisa membuat gaya hidup baru, termasuk pada para remaja dalam melakukan pembelian barang secara terus-terusan atau yang sering disebut dengan perilaku compulsive buying.

Compulsive buying merupakan keinginan seseorang untuk membeli yang berasal dari dalam dirinya. Dasarnya adalah dasar menginginkan dan membutuhkan suatu barang, jadi hasrat untuk belanja akan muncul. Compulsive buyer memiliki hasrat yang tidak dapat ditahan untuk membeli atau mendapatkan sesuatu, tidak memiliki kemampuan untuk mengendalikan perilaku pembeliannya, dan akan terus melakukan kebiasaan untuk membeli sesuatu secara berlebihan, yang terkadang tidak dibutuhkan, tanpa mengindahkan dampak yang mungkin timbul dalam kehidupan pribadi, sosial, ataupun pekerjaan dan kesulitan dalam masalah finansial (Dittmar, 2005).

Compulsive buying terjadi karena terdapat perasaan tidak nyaman pada diri seseorang, untuk menghindari rasa tidak nyaman itu maka akan dialihkan dengan melakukan belanja. Mereka tidak berpikir berapa banyak uang yang akan mereka habiskan untuk belanja, yang mereka inginkan adalah rasa senang dan nyaman. Salah satu penyebab orang melakukan compulsive buying adalah gaya hidup saat ini yang semakin tinggi dan banyaknya mall, serta e-commerce yang saat ini  banyak digunakan untuk belanja.

Orang yang melakukan compulsive buying biasanya tidak tahan untuk membeli sesuatu, dia tidak bisa mengendalikan perilakunya yang suka membeli sesuatu, meskipun itu barang yang tidak dibutuhkan. Misalnya, ketika melihat suatu barang yang lucu, menggemaskan, dan cantik, biasanya remaja yang mengalami compulsive buying akan langsung membelinya.

Compulsive buyer ini memiliki hasrat yang tidak dapat ditahan untuk membeli atau mendapatkan sesuatu, tidak memiliki kemampuan untuk mengendalikan perilaku pembeliannya, dan akan terus melakukan kebiasaan untuk membeli sesuatu secara berlebihan, yang terkadang tidak dibutuhkan, tanpa mengindahkan dampak yang mungkin timbul dalam kehidupan pribadi, sosial, ataupun pekerjaan dan kesulitan dalam masalah finansial (Dittmar, 2005).

Kebanyakan remaja masih belum bisa mandiri secara finansial, jadi masih diberi uang oleh orang tua. Jika seorang remaja itu sering membeli barang-barang atau melakukan compulsive buying, lalu dia menjadi sering meminta uang kepada orang tuanya. Hal tersebut bisa jadi akan mengganggu kestabilan ekonomi keluarga. Oleh karena itu, para remaja harus bisa mengontrol keinginannya saat membeli suatu barang secara berlebihan. Jika Anda sedang merasa sulit mengatasi perilaku compulsive buying, Anda bisa pergi ke psikolog untuk melakukan konseling, terapi, dan lain sebagainya.

Reference

Virly, N., & Muhid, A. (2023). Mengubah Perilaku Compulsive Buying Pada Remaja Melalui Cognitive Behavioral Therapy: Literature Review. Psycho Aksara: Jurnal Psikologi, 1(1), 9-18.

Anggriani, R., Abdurrahman, A., Ibrahim, I. D. K., & Faizal, R. B. (2021). Pengaruh Sifat Materialisme terhadap Perilaku Impulsive Buying dan Kecenderungan Compulsive Buying Pada Remaja di Kota Mataram. Target: Jurnal Manajemen Bisnis, 3(1), 109-118.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun