Mohon tunggu...
Izzah Syafiyah Rahmah
Izzah Syafiyah Rahmah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Farmasi Universitas Airlangga

Mahasiswa yang tertarik dalam menulis

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Peran Apoteker di Apotek: Lebih dari Sekadar Penjual Obat

6 Januari 2025   20:00 Diperbarui: 6 Januari 2025   19:40 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Apoteker yang sedang melayani pasien (Sumber: Dokumentasi pribadi)

Apoteker memiliki tanggung jawab besar di apotek untuk memastikan bahwa layanan kesehatan kepada masyarakat berjalan optimal. Kegiatan yang dilakukan apoteker mencakup pengelolaan stok obat hingga pelayanan kepada pasien, yang semuanya memerlukan ketelitian dan keterampilan profesional. Pengelolaan stok obat di apotek dimulai dengan perencanaan pengadaan. Apoteker terlebih dahulu mencatat obat-obatan yang stoknya habis atau hampir habis ke dalam buku defekta. Selanjutnya, dilakukan pemesanan kepada distributor atau sub-distributor resmi. Ketika barang tiba, apoteker memverifikasi kesesuaian antara surat pesanan dan faktur yang diterima. Proses ini meliputi pengecekan nama obat, jumlah, nomor batch, dan tanggal kedaluwarsa, terutama memastikan bahwa masa kedaluwarsa tidak kurang dari satu tahun. Setelah proses verifikasi selesai, obat-obatan tersebut ditempatkan di etalase. Jika ruang di etalase penuh, sisa stok disimpan di gudang dengan pengaturan yang rapi dan mudah diakses. Aktivitas ini dilakukan setiap hari untuk menjaga ketersediaan obat sesuai kebutuhan pasien.

Pelayanan apoteker di apotek terbagi menjadi dua jenis utama: pelayanan resep dan pelayanan swamedikasi. Pelayanan resep dimulai dengan penerimaan resep dari pasien. Apoteker akan menentukan harga obat dan mengonfirmasi kecocokan harga kepada pasien. Jika terdapat obat yang tidak tersedia, apoteker akan menawarkan alternatif dengan merek lain yang memiliki komposisi dan dosis serupa. Jika pasien tidak menyetujui alternatif tersebut, apoteker akan menghubungi dokter untuk mencari solusi terbaik. Setelah semua disepakati, pasien membayar obat dan menerima penjelasan (KIE - Komunikasi, Informasi, dan Edukasi) mengenai cara penggunaan obat secara aman dan tepat. Langkah ini memastikan pasien memahami dosis, cara pemakaian, serta potensi efek samping obat yang dikonsumsinya.

Pada pelayanan swamedikasi, apoteker melakukan asesmen mendalam untuk menentukan kebutuhan pasien. Beberapa aspek yang ditanyakan meliputi gejala penyakit, usia pasien, durasi sakit, serta obat-obatan yang sudah pernah digunakan. Berdasarkan informasi ini, apoteker merekomendasikan obat yang sesuai dan memberikan panduan penggunaan secara jelas. Pasien kemudian membayar obat yang direkomendasikan dan menerima informasi mengenai penggunaannya. Proses ini bertujuan untuk memastikan bahwa pasien dapat mengatasi keluhan ringan dengan aman tanpa memerlukan resep dokter.

Peran apoteker di apotek tidak hanya sebatas menjual obat, tetapi juga mencakup pengelolaan stok yang cermat serta pemberian layanan kesehatan yang profesional. Dengan keahlian dan tanggung jawabnya, apoteker menjadi garda terdepan dalam mendukung kesehatan masyarakat. Melalui pelayanan yang terstandar, apoteker memastikan setiap pasien menerima pengobatan yang aman, efektif, dan sesuai kebutuhan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun