Mohon tunggu...
Mubrizatul Ilmi
Mubrizatul Ilmi Mohon Tunggu... Penerjemah - learner

Setiap kisah akan tertulis untuk saling berbagi inovasi, motivasi dan solusi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kearifan Lokal, Sumbu Gerakan Perjuangan Gus Dur

9 Juli 2019   15:44 Diperbarui: 9 Juli 2019   16:07 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

"Sembilan nilai Gus Dur adalah nilai-nilai utama yang menjadi sumbu gerakan perjuangan Gus Dur. Gus Dur tidak meletakkan kekuasaan sebagai sumbunya. Tidak juga politik, kedudukan dan kekayaan. Gus Dur juga tidak hanya mengelola satu isu, tetapi segala hal yang terkait sembilan nilai ini pasti akan di respon oleh Gus Dur. Tengoklah setiap sepakterjang Gus Dur. Niscaya kita akan melihat nilai-nilai ini bertebaran" -- Alissa Wahid.

Perlawanan yang bersifat paradoks kerap kali dilangsungkan oleh tokoh jempolan; Gus Dur, dan terkadang besebrangan dengan pendapat mayoritas masyarakat sehingga sering kali mendapat julukan tokoh kontroversial sebagai labeling dalam pemerintahan dan masyarakat. Sebagai masyarakat awam, sudah seharusnya kita menggali pemahaman terhadap nuansa pemikiran dan tindakan Gus Dur yang sangat mendalam dalam persoalan kehidupan. 

Perumusan sembilan nilai pemikiran Gus Dur pada peringatan setahun wafatnya Gus Dur merupakan aparatus yang dapat kita jadikan teladan dan warisan Gus Dur yang dapat kita kenyam dalam kehidupan. sembilan nilai Gus Dur meliputi: Ketauhidan, Kemanusiaan, Keadilan, Kesetaraan, Pembebasan, Persaudaraan, Kesederhanaan, Kesatriaan serta Kearifan Lokal.

Nilai ketauhidan merupakan titik temu dari seluruh nilai-nilai ideal yang di perjuangkan oleh Gus Dur. Tanpa menyinggung oknum dan Agama mana pun, Gus Dur, atau tokoh yang memiliki nama asli K.H. Abdurrahman Wahid ini, dapat mengayomi semua kalangan masyarakat yang berbeda suku, budaya, atau pun Agama. Hal demikian diperoleh karena ketauhidan di wujudkan dengan nilai-nilai sosial, politik, maupun kebudayaan yang dapat menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. Hal itu dapat di mengerti bahwa semua nilai-nilai kehidupan dapat di serasikan dengan kehendak Tuhan, dan bukan berarti Agama digunakan sebagai  alat dalam problematika kehidupan. Hal yang paling menarik dalam sembilan nilai Gus Dur adalah nilai yang menyinggung tentang Kearifan lokal.

Kearifan lokal yang dijadikan Gus Dur sebagai sumber gagasan dan pijakan sosial, budaya, dan politik merupakan salah satu spektrum sembilan nilai Gus Dur yang menarik bagi penulis. Kearifan lokal masyarakat Indonesia yang mengandung nilai-nilai falsafah dan sifat-sifat rohaniah yang tinggi dapat ditemukan dalam kesenian wayang.  Wayang merupakan sarana upacara untuk menyembah leluhur dan pemujaan roh nenek moyang pada saat masyarakat masih menganut kepercayaan animisme dinamisme dan kemudian masuklah budaya Budha yang memperkenalkan cerita Ramayana dan Mahabarata sebagai isi lakon pewayangan. 

Perkembangan kesenian wayang; selain sebagai media hiburan yang dapat dinikmati oleh semua kalangan masyarakat, wayang juga dapat dialih fungsi menjadi sarana dakwah seperti yang dilakukan oleh para wali dalam penyebaran Agama Islam.  

Pementasan wayang yang sederhana dan terbuka dapat merangkul masyarakat yang secara tidak langsung mendorong mereka untuk saling berinteraksi tanpa memandang keberagaman status sosial juga mengajak untuk bersama-sama menjaga persatuan dan saling toleransi. Karakteristik tokoh pewayangan dapat mengangkat kearifan lokal disertai ajakan untuk menjaga nilai kejujuran, menjaga sikap hormat terhadap orang tua dan guru, serta mengembangkan prilaku toleran terhadap sesama.

Kisah inspiratif dan persuasif lakon pewayangan yang mengandung nilai-nilai kerohanian dapat diterima oleh semua penganut Agama karena tidak adanya insinuasi atau sindiran-sindiran pait yang mencerminkan diskriminasi. Dengan demikian, penulis menggolongkan kesenian wayang sebagai kearifan dan moral lokal masyarakat Indonesia yang membumikan keadilan, kesetaraan, dan kemanusiaan, tanpa kehilangan sikap terbuka dan progresif terhadap perkembangan peradaban seperti dalam sembilan nilai pemikiran Gus Dur. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun