Kanker Serviks, siapa yang tidak mengenalnya. Saat ini kanker serviks disebut-sebut sebagai pembunuh wanita nomor satu di dunia. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa di seluruh dunia setiap 1 menit ditemukan 1 kasus kanker serviks baru dan setiap 2 menit ditemukan 1 kasus kanker serviks yang meninggal. Menurut WHO, tiap tahun di seluruh dunia 490.000 perempuan didiagnosa menderita kanker serviks ( 80 % terjadi di negara berkembang ) dan 240.000 diantaranya meninggal dunia. Di Indonesia, ditemukan 41 kasus baru setiap hari dan 20 diantaranya meninggal dunia.
Dalam bukunya, Ilmu Kandungan 1997, Sarwono menyebutkan bahwa sebab langsung dari kanker serviks belum diketahui. Ada bukti kuat kejadiannya mempunyai hubungan erat dengan sejumlah faktor ekstrinsik, diantaranya yang penting adalah :
1.Jarang ditemukan pada perawan ( virgin ),
2.Insiden ditemukan lebih banyak pada mereka yang kawin daripada yang tidak kawin, terutama pada gadis yang melakukan hubungan seksual pertama kali pada usia amat muda ( < 16 tahun ),
3.Insiden meningkat dengan tingginya paritas ( jumlah persalinan ), apa lagi bila jarak persalinan terlampau dekat,
4.Golongan sosial ekonomi rendah ( hygiene seksual yang jelek ),
5.Aktivitas seksual yang sering berganti-ganti pasangan, bisa wanita dengan multipartner atau wanita yang mempunyai pasangan dengan pola hubungan seksual yang multipartner,
6.Jarang dijumpai pada masyarakat yang suaminya disunat ( sirkumsisi ),
7.Sering ditemukan pada wanita yang mengalami infeksi virus HPV tipe 16 atau 18,
8.Sering ditemukan pada wanita dengan penyakit seksual,
9.Kebiasaan merokok.
Sebenarnya ada 3 hal yang berkaitan dengan munculnya suatu penyakit yaitu agen, host, environment. Bisa dijelaskan secara singkat sebagai berikut :
1.Agen ( penyebab ) adalah penyebab atau pencetus munculnya penyakit, bisa kuman dalam bentuk virus, bakteri, parasit atau sesuatu yang memungkinkan terjadinya perubahan di dalam tubuh seperti debu sebagai pencetus munculnya alergi.
2.Host ( pengidap ) adalah tubuh manusia atau tubuh makhluk lain yang bisa menjadi pengidap atau penyebar suatu penyakit, seperti nyamuk, sapi, dan sebagainya. Host bisa mengalami sebuah perubahan akibat terpapar suatu agen. Perubahan yang terjadi pada manusia ( host utama ) bisa mengakibatkan munculnya penyakit atau justru tubuh menjadi kebal terhadap penyakit.
3.Environment ( lingkungan ) disini adalah lingkungan yang bisa menjadi pendukung terhadap terjadinya suatu penyakit atau lingkungan yang mendukung pertumbuhan kuman yang patogen ( kuman yang menyebabkan penyakit ).
Sudah lama digalakkan penemuan kanker serviks sedini mungkin dengan memaksimalkan pemeriksaan Pap Smear. Pemeriksaan Pap Smear terutama disarankan untuk wanita yang sudah pernah melakukan hubungan seksual. Dengan Pap Smear bisa diketahui secara dini adanya perubahan sel yang mungkin akan berkembang menjadi sel kanker. Diharapkan, dengan adanya penemuan perubahan sel sedini mungkin, pengobatan bisa diberikan sesegera mungkin, sehingga perubahan sel yang terjadi tidak berkembang menjadi sel kanker.
Lalu, apa hubungan kanker serviks dengan vaksinasi HPV ?
Jika dulu secara teori penyebab kanker sulit dipastikan, dan hampir selalu disebut sebagai multifaktor, maka saat ini kanker serviks hampir selalu dikaitkan dengan insiden infeksi yang diakibatkan oleh virus yang dinamai HPV, Human Papiloma Virus, terutama tipe 16 atau 18. Organisasi Kesehatan Dunia, WHO, juga menyebutkan ada hubungan yang erat antara kanker serviks dan HPV.
Berdasarkan penelitian di Amerika Serikat ditemukan bahwa 80 % wanita pernah terinfeksi HPV. Dari 80 % wanita yang terinfeksi HPV, 7 %diantaranya mengalami abnormalitas hasil test Pap Smear. Dari penelitian di Amerika Serikat juga, ditemukan bahwa 300.000 wanita per tahun mengalami lesi prakanker, dan 100.000 diantaranya berkembang menjadi kanker serviks.
HPV, Human Papiloma Virus, bisa menginfeksi laki-laki dan wanita. Masuk ke dalam tubuh manusia melalui hubungan seksual. Beberapa strain HPV menyebabkan penyakit kelamin yang dikenal dengan nama condyloma accuminata atau kutil kelamin. Beberapa strain yang lain, terutama tipe 16 dan 18, bersifat onkogenik atau dapat menyebabkan kanker.
Pada wanita, infeksi HPV dapat menyebabkan perubahan sel pada leher rahim atau serviks. Infeksi yang terjadi dalam waktu lama atau terus menerus menyebabkan perubahan sel yang pada akhirnya bisa menjadi sel kanker.
Diketahui bahwa sampai saat ini belum ada obat yang dapat mematikan virus. Virus hanya bisa dilawan dengan upaya peningkatan daya tahan tubuh. Tapi, saat ini sudah ada upaya pencegahan yang lain terhadap virus yaitu dengan cara vaksinasi. Dengan vaksinasi diharapkan tubuh mampu membentuk kekebalan terhadap jenis virus yang divaksinasikan, sehingga saat terjadi invasi dari virus yang bersangkutan, tubuh sudah dapat mengenali dan segera mengaktifkan sistem kekebalan yang sudah dirangsang sebelumnya.
Vaksinasi HPV diberikan dengan tujuan memberikan perlindungan terhadap infeksi virus HPV terutama yang dapat menyebabkan kanker serviks yaitu HPV tipe 16 dan 18. Vaksinasi diberikan 3 kali pada pada 0 – 1 – 6 bulan atau 0 – 2 – 6 bulan. Dengan masa perlindungan selama 5 tahun.
Masalahnya, tidak semua wanita mampu melakukan vaksinasi HPV karena biayanya masih cukup mahal, sekitar 700 ribu, bahkan ada yang mencapai nilai diatas 1 juta, sekali suntik. Dan di Indonesia belum ada data yang akurat tentang jumlah penderita kanker serviks akibat infeksi HPV. Sebenarnya, ahli-ahli di Indonesia cukup banyak yang kompetensinya tidak kalah dengan ahli-ahli dari luar negri, termasuk Amerika Serikat. Mengingat bio-sosio-kultural yang berbeda antara Indonesia dan Amerika Serikat, seyognyanya bisa segera dilakukan penelitian untuk memastikan penyebab yang pasti dari banyakanya kasus kanker serviks di Indonesia.
Jika dilihat dari dugaan adanya faktor ekstrinsik terhadap insiden kasus kanker serviks, mungkin ada pilihan lain yang lebih murah dan mudah selain vaksinasi HPV, yang bisa dilakukan sebagai upaya pencegahan terhadap kanker serviks yaitu dengan menjalani pola hidup bersih dan sehat, diantaranya :
1.Tidak menikah pada usia yang terlalu muda
2.Melakukan hubungan seksual yang sehat
3.Berupaya untuk tidak terlalu sering berada dalam kondisi tekanan tinggi atau stress ( segera mencari solusi jika ada masalah )
4.Mengkonsumsi makanan dengan gizi yang tepat
5.Tidak merokok
6.Menjaga hygiene sanitasi daerah kewanitaan
7.Rutin melakukan Pap Smear bagi yang sudah menikah
8.Sirkumsisi ( pada laki-laki )
Semoga bermanfaat.
~ Salam Kompasiana ~
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H