Collaborative learning kalau dalam bahasa Indonesia adalah pembelajaran kolaboratif yang artinya adalah suatu aktivitas belajar yang beranggotakan 2 orang atau lebih  untuk belajar sesuatu secara bersama-sama buka perorangan. Pembelajaran model ini bisa di lakukan dengan tatap muka secara langsung  atau bisa juga dengan diskusi online(wa, google meet, zoom, dan lain-lain). Dampak dari  Collaborative learning biasanya muncul ketika peserta didik itu sudah berkerja sama  dengan anggota lainnya. Karena dari situ akan muncil sikap gotong royong antar peserta didik. Untuk anak usia dini mungkin bisa sangat membantu karena, dari model pembelajaran Collaborative learning si kecil bisa menumbuhkan sikap sosial yang baik untuk dirinya yang nantinya berdampak pada lingkungan sekitarnya.Â
4. Mastery learning.Â
Mastery learning dalam bahasa Indonesia adalag belajar tuntas. Â Apa sih maksud dari mastery learning (belajar tuntas)? Mastery learning (belajar tuntas) adalah suatu model pembelajaran yang peserta didiknya wajib menguasai materi yang sudah di berikan guru. Â Baik secara individu maupun kelompok. Model pembelajaran mastery learning bisa di masukkan pada pembelajaran anak usia dini, tapi materi yang di sampaikan harus sesuai dengan anak usia dini. Kenapa cocok untuk anak usia dini? Karena, bisa menjadi awal untuk mengembangkan kecerdasan yang dimiliki. Pada masa itu adalah masa golden age bagi anak yang artinya pertumbuhan anak pada masa itu sangat pesat sehingga bisa mempermudah kita dalam membentuk karakter anak usia dini. Tidak hanya itu, mastery learning ini juga bisa menjadikan peserta didik lebih tekun dalam belajar, mengembangkan bakat nya, dan mencapai prestasi belajar yang memuaskan. Yang kesemuanya itu sangat berguna untuk kehidupan si kecil nanti.Â
5. Contextual learning.Â
Contextual learning atau pembelajaran kontekstual merupakan model belajar yang membantu pendidik mengaitkan antara materi dengan kehidupan sehari hari baik keluarga, lingkungan, maupun masyarakat. Misalnya, guru menceritakan masa lalu, masa kecil, dan pengalaman yang baik sebagai contoh dari materi yang di sampaikan. Model pembelajaran contextual learning bisa membantu si kecil untuk menerapkan materi yang sudah di sampaikan pendidik dan selalu mengingatnya.Â
Tanpa adanya keterampilan dasar mengajar yang dimiliki oleh tiap-tiap pendidik, proses belajar mengajar akan berjalan dengam biasa - Â biasa saja. Tanpa ada suasana nyaman, menyenangkan, yang kesemuanya itu berpengaruh pada hasrat peserta didik dalam belajar.
Semangat untuk para pendidik semoga kita memiliki keterampilan dasar mengajar yang sempurna. Â
Semoga bermanfaat
Daftar rujukan
Hasibuan & Moedjiono. 1993. Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Marno dan Idris. 2014. Strategi, Metode dan Teknik Mengajar (Menciptakan Keterampilan Mengaar yang Efektif dan Edukatif). Jakarta: Ar-Ruzz Media.