Maraknya kasus kejahatan yang saat ini sedang terjadi adalah karena adanya celah. Si pelaku selalu memanfaatkan kesempatan yang diberikan oleh korbannya. Si korban ini secara tidak sadar telah dimanfaatkan oleh si pelaku. Namun pemanfaatan ini cenderung ke arah yang buruk, entah mengginginkan kekayaan korban, relasi korban atau malah tubuh korban.Maraknya kasus penculikan, perampasan, dan kekerasan seksual yang berawal dari dunia maya saat ini perlu kita waspadai. Jangan sampai orang terdekat kitalah yang manjadi korbannya. Pelaku sudah mulai ‘lihai’ dalam menjalankan misinya.
Kebanyakan korban yang sudah terjerat dengan kejahatan online ini merupakan ‘newbie’ (pengguna baru) dalam dunia internet, khususnya media sosial. Mereka belum mengetahui bagaimana sistematika yang ada pada kehidupan maya ini. Apapun yang ditulis atau dipasang pada dunia maya kebenarannya belum 100%. Banyak yang memalsukan data dirinya. Alasannya bisa berupa-rupa. Mulai dari tidak ingin datanya diketahui oleh orang banyak sampai dengan hanya iseng-iseng saja ingin ‘mengerjai’ temannya. Memang belum ada peraturan perundang-undangan yang jelas mengenai harus adanya data asli pada semua media sosial. Memang jika memalsukan data pribadi akan terjerat pasal undang-undang, namun sepertinya akan sedikit sulit untuk pihak berwajib melacak satu persatu data-data yang masuk ke dalam sebuah media sosial. Namun memang ada berberapa media sosial yang mengharuskan kita untuk mengisi data dengan benar untuk keperluan administrasi. Tetapi pada kenyataannya masih saja ada yang mengisinya dengan ‘awur-awuran’
Mayoritas individu yang baru saja mengenal adanya media sosial atau membuat akun pada media sosial ini pasti akan sangat fanati. Mereka mendambakan adanya pengalaman baru mengenai media sosial yang baru saja mereka temui ini. Mereka bisa dengan leluasa menshare foto atau memposting tentang apa saja yang sedang mereka alami sekarang. Memang dunia maya ini memberikan dampak yang positif terhadap kehidupan nyata karena kita bisa menghubungi teman-teman lama kita. Namun sebuah dampak positif tentu mempunyai dampak yang negative pula. Pada saat individu ini menambahkan orang lain untuk menjadi temannya, padahal ia tidak sama sekali mengenalnya, dan individu ini memposting hal-hal yang mungkin saja menimbulkan keinginan si pelaku untuk memanfaatkanya, tentu akan muncul sebuah niat jahat untuk memanfaatkan individu ini.
Si pelaku mulai dengan memperhatikan kegiatan-kegiatan si korban dan memberikannya sebuah simpati, perhatian yang mungkin tidak ia dapatkan dikehidupan nyata. Si korban ini semakin lama akan semakin ketagihan bermain media sosial. Ia mempunyai rasa nyaman saat diperhatikan oleh si pelaku. Setelah berkenalan dan saling memberikan perhatian, maka perkenalan dilanjutkan dengan saling bertukar nomor telpon/hp. Interaksi antara pelaku dan korban akan semakin intens pada fase ini. Setelah dirasa si korban ini sudah 90% terbuai oleh omongan si pelaku, maka mereka akan bertemu. Dalam pertemuan inilah kejahatan itu terjadi. Sebuah final dari keisengan yang terjadi pada dunia maya.
Internet memang seharusnya menjadi alat bantu saat kita mencari sebuah data. Namun banyaknya orang yang mungkin ‘terlalu pintar’ malah mempergunakannya untuk kejahatan. Dunia maya. Dunia yang tidak pasti. Kita sebaiknya mengetahui siapa yang sedang kita hadapi. Pastikan kalau siapun itu yang berhubungan didunia maya dengan kita merupakan orang yang kita kenal atau kita tau asal usulnya. Jika tidak mengetahui itu sebaiknya kita menjaga jarak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H