Hari ini memang mentari begitu dahsyat memberikan kehangatannya. Banyak dari kami, makhluk-makhluk bumi ini terpaksa berada dibawah naungan kipas angin ataupun AC mereka tak berani menampakkan kulit indah mereka dihadapan mentari siang ini. Disisi lain aku tak terpengaruh akan semua hal itu. masih duduk terdiam dibawah rindangnya pohon taman dekat rumahku. Hanya aku. Tidak ada orang lain lagi. Kau tau kenapa aku berada disini lagi? Ya perasaan itu kembali muncul. Perasaan akan rindunya kasih sayang dari seseorang.
Entah apakah perasaan ini benar atau salah. Sudah berberapa tahun ini kita tak bertemu. Kau memang sudah bahagia dengan hidupmu yang sekarang. Mungkinkah untukku kembali berada disisimu? Aku tau akulah perusak semua hal diantara kita. Sampai detik ini aku masih saja binggung kenapa aku bisa setolol itu untuk membuat hubungan kita rusak. Akulah orang yang selalu mencaci makimu dibelakang, menjelek-jelekanmu.
Berberapa bulan yang lalu Tuhan sudah menamparku dengan keras. Ia memperlihatkan betapa baiknya kau terhadapku. Bertahun-tahun memang sudah berlalu. Aku masih saja ingat semua hal tentang KITA. Kau memang sangat menyebalkan dahulu namun sekarang nampaknya kau sudah lebih dewasa. Melihatmu bahagia seakan aku tak ingin mengusikmu kembali namun, hati ini berteriak memanggil namamu setiap detiknya.
Aku memang sudah gila. Mana mungkin orang yang sudah kusakiti hingga sebegitu pedihnya masih dapat kembali kepadaku. Memaafkanku saja aku tak berani memimpikannya. Mustahil. Mungkin kata itulah yang paling tepat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H