Belajar dikatakan berhasil ketika tujuan pembelajaran tercapai. Untuk mencapai tujuan pembelajaran secara maksimal, di perlukan lingkungan belajar yang mendukung baik itu dari lingkungan kelas, lingkungan sekolah, ataupun lingkungan pertemanan. Ada pun satu masalah yang kerap masih tabu dalam pembelajaran siswa yaitu Bullying. Tindakan bulliying dalam pembelajaran siswa di sekolah tidak bisa dibenarkan. Meskipun sekolah sudah memasang pamflet larangan bullying, ataupun memberikan sosialisasi secara langsung didalam kelas, tetap saja bullying dapat terjadi diantara siswa tanpa sepengetahuan guru dikarenakan adanya ancaman dan rasa takut untuk meminta bantuan.
Langkah pertama yang harus dilakukan untuk menangani permasalahan bullying di sekolah ialah mengenali dan menyadari bahwa permasalahan itu ada (Kowalski & Morgan, 2017). Dengan menyadari bahwa permasalahan ini ada dan bukan sesuatu yang patut di normalisasi, itu sudah merupakan sebuah langkah awal untuk mencegah terjadinya bullying. Seperti halnya dilakukan oleh seorang mahasiswa sekaligus calon guru yang sedang melaksanakan program MBKM Mandiri UPI Cibiru di SDN Cimekar, Izha Fardan Nur Faujan mengemas topik sensitif bullying ini kedalam sebuah karya seni tari kreasi anak berjudul Tari Nirvana. Nirvana berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya Pembebasan dari Penderitaan. Tari ini menggambarkan bagaimana bullying dilakukan dan dampaknya kepada korban.
Tujuan yang paling utama dari pendidikan tari adalah membantu siswa melalui tari untuk menemukan hubungan antara tubuhnya dengan seluruh eksistensinya sebagai manusia (Kusumastuti, 2014). Izha menggunakan media tari ini untuk menyuarakan isu dan membangun kesadaran kepada siswa-siswa SDN Cimekar mengenai Bullying. Terpilih lah 3 orang siswi yang akan menampilkan tari ini, 2 siswi dari kelas 5, dan 1 siswi dari kelas 2. Ketiga siswi ini sudah memiliki pengalaman dan bakat di bidang tari tradisional, sehingga setiap gerakan dan pesan yang ingin disampaikan dapat terekspresikan dengan baik dalam tarian ini.
Tari ini mengisahkan 3 orang sahabat yang sangat kompak dan bermain setiap hari. Akan tetapi konflik mulai muncul ketika salah seorang anak mendapatkan sebuah hadiah spesial, lalu mencoba memperlihatkan hadiah itu pada teman-temannya yang membuat kedua temannya itu merasa iri dan menjauhinya. Pada awalnya mereka hanya menjauhinya, tetapi lama kelamaan mereka mulai menjahilinya secara fisik maupun verbal, tindakan mereka disini sudah merupakan tindakan bullying. Anak itu pun merasa sedih dan akhirnya sendirian. Tetapi anak itu tersadar bahwa teman-temannya seperti itu karena hadiah yang ia sombongkan, dia pun mengajak mereka berdua bermain lagi dan berbagi hadiahnya. Pada akhirnya mereka berbaikan kembali sebagai 3 sahabat yang selalu bersama.
Karya seni tari kreasi ini di tampilkan dalam Festival Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) 2023 tingkat gugus Cileunyi, Kabupaten Bandung. Perwakilan SDN Cimekar mendapatkan Juara Harapan 2 pada lomba kategori Tari.
Tema bullying dalam sebuah tari kreasi anak sangatlah jarang dilakukan. Anak-anak pun sangat bersemangat latihan dengan membawakan konsep tari ini karena makna yang disampaikan sangat mencerminkan lingkungan sosial mereka sebagai siswa.
Bullying sudah mendarah daging dalam budaya sekolah, terus menerus menormalisasinya tanpa ada tindakan serius dari sekolah, orangtua, dan siswa kelak bullying ini akan menimbulkan korban serius. Diharapkan dengan karya ini, para apresiator yang menonton karya ini dapat tergugah kesadarannya akan isu ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H