Seorang manusia tidak akan mampu berdiri sendiri dalam hidupnya. Manusia memang sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa untuk selalu hidup berdampingan. Itulah kenapa sebagai seorang manusia tidak dianjurkan untuk berjuang sendirian yang tentu saja bisa membuat jasmani dan batinnya menjadi lelah. Agar tidak merasa lelah dan tidak merasa sendiri, manusia perlu melakukan interaksi untuk membangun hubungan dengan manusia lain.
Namun, seiring berjalannya waktu hubungan yang telah dibangun tentu akan mengalami keretakan atau bahkan bisa saja hancur. Hal seperti ini pasti akan terjadi, jadi jangan berharap untuk memiliki hubungan yang jauh dari kata masalah. Perselisihan ini bisa datang kapanpun, tidak mengenal tempat, waktu, situasi, ataupun kondisi yang ada.
Sebagai gambaran, hubungan antar manusia ini dapat dilihat pada dunia kerja. Dalam dunia kerja, sebagian besar diisi oleh orang-orang yang merupakan kalangan usia produktif dalam rangka mencari nafkah untuk menyambung hidup. Selain itu, tentu saja aktivitas utama yang dilakukan yaitu berinteraksi dengan individu lainnya. Untuk mencapai tujuan bersama diperlukan koordinasi dan kerja sama antar individu yang dapat dilakukan dengan berinteraksi.
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, hubungan antar manusia akan bertemu dengan suatu masalah. Masalah di dunia kerja disini tentu berbagai macam jenisnya, bisa masalah pribadi, masalah dengan rekan kerja lain, masalah dengan atasan, masalah pekerjaan karena faktor eksternal, dan lain-lain. Adanya masalah masalah tersebut dapat menyerang psikis seorang karyawan.Â
Jika hal ini terjadi, kinerja seorang karyawan dapat menurun dan berpengaruh pada perkembangan perusahaan. Itulah kenapa diperlukan psikologi industri/organisasi dalam suatu perusahaan agar tercipta suasana yang kondusif.
Pada mulanya, istilah psikologi industri/organisasi ini bukan merupakan suatu satu kesatuan. Terdapat separasi antara psikologi industri dan psikologi organisasi. Psikologi industri berkaitan dengan pengukuran kinerja, seleksi, analisa jabatan, dan pelatihan. Sedangkan, pada psikologi organisasi lebih berkaitan dengan kepemimpinan, sikap kerja, motivasi, termasuk didalamnya mengenai budaya dalam organisasi.
Lalu, apa yang dimaksud dengan psikologi industri organisasi? Menurut Daniel Katz dan Robert Louis Kahn, psikologi industri/organisasi adalah suatu ilmu yang mempelajari mengenai perilaku manusia dalam organisasi, perilaku yang efektif untuk manfaat organisasi, dan kepuasan serta kesejahteraan untuk seluruh individu di suatu organisasi.
Lebih mudahnya, psikologi industri merupakan cabang ilmu psikologi yang mempelajari beberapa masalah yang berhubungan dengan psikis individu pada dunia kerja.
Psikologi industri memiliki peran penting dalam suatu perusahaan karena situasi kerja yang ada saat ini. Manusia menghabiskan banyak waktunya dalam bekerja, yaitu sekitar sepertiga waktu dalam sehari digunakan untuk mencari nafkah. Hal ini tentunya mengurangi waktunya untuk bersama keluarga atau bahkan hanya untuk beristirahat. Belum lagi karyawan yang bekerja di bidang IT, dimana waktu bekerja yang fleksibel dan tidak memiliki keterbatasan ruang dan waktu. Nah, dari sinilah psikologi industri berperan untuk mengatur para karyawan bekerja dengan sesuai dan memiliki haknya. Bingung? Oke, berikut ini penjelasannya.
Psikologi industri ini mempelajari bagaimana tingkah laku yang ada di dalam dunia kerja. Setelah mengetahui tingkah laku yang ada pada lingkungan kerja tersebut, akan muncul kebijakan-kebijakan yang sesuai dengan seluruh karyawan dan lingkungan kerja. Selain itu, perlu proses seleksi dan penempatan karyawan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Sehingga tidak terjadi kesalahan penempatan pada suatu bidang tertentu dan aktivitas kerja dapat dilakukan dengan baik.
Tidak hanya berfokus pada sikap dan perilaku, psikologi industri juga mempelajari mengenai struktur organisasi dan motivasi kerja pada karyawan. Motivasi kerja ini berpengaruh pada kinerja seorang karyawan tentunya. Tanpa adanya motivasi dalam diri seseorang, aktivitas atau pekerjaan yang dilakukan menjadi tidak all out dan karyawan akan melakukan pekerjaannya setengah-setengah.