"Dia sudah dibebaskan. Korban salah tangkap. Biasa." Enteng sekali sipir penjara itu berkata. Apa dia tidak berpikir seandainya kejadian itu dialaminya. Bagaimana dengan anak-anaknya? Bagaimana dengan keluarganya? Ahh, semoga kejadian salah tangkap tidak terulang lagi.
"Hei, kok bengong. Barang-barang dalam tas besar itu buat kamu. Ambillah." Sipir penjara menunjuk tas besar yang semalam dibawa laki-laki gemuk itu untuk dinerikan kepada laki-laki itu.
Ternyata tas besar dan isinya memang sengaja ditinggal dan diberikan kepada laki-laki penghuni penjara sebagai ungkapan syukur atas dibebaskannya dari penjara.
Sipir penjara pun pergi meninggalkan laki-laki itu. Dengan bengong, laki-laki itu menuju ke pojok ruangan penjara. Lututnya terasa lemas.
"Ya Allah. Ya Tuhanku. Laki-laki itu tersungkur di pojok ruangan. Badannya gemetar. Bulir-bulir air mata jatuh membasahi kedua pipinya. Dia menangis tersedu-sedu. Di sampingnya tergeletak tas milik si gemuk itu yang sebagian terbuka. Beberapa isinya berhamburan keluar. Tampaklah isinya, ada 5 kotak odol, 1 buah sikat gigi baru, 2 buah sabun mandi, 3 botol shampoo dan beberapa helai pakaian sehari-hari.Â
Subhanallah, dari kisah nyata ini kita dapat mengambil pelajaran berharga.
Pertama, selalu andalkan Allah SWT.Â
Jika suatu ketika kita merasa bahwa jalan di depan sudah terputus, sudah buntu. Seolah sudah tidak ada lagi jalan keluar sementara kita sangat membutuhkannya. Kita merasa sudah tidak ada harapan karena sudah minta pertolongan pada keluarga, teman dan lain-lain tapi tetap tidak ada solusi. Dari kisah ini kita menjadi semakin yakin bahwa pertolongan Allah itu begitu dekat dan datang di saat yang tepat. Masalah sesederhana itu, *hanya* odol, ternyata lewat doa yang tulus, Allah pun mengirimkannya lewat korban salah tangkap.Â
Berharaplah hanya kepada Allah. Berharap kepada manusia ibarat menggenggam pasir. Semakin digenggam dia akan semakin lepas. Berharap pada manusia hanya akan melahirkan kekecewaan.
Kedua, jangan pernah meremehkan kekuatan doa.
Doa adalah komunikasi langsung antara kita sebagai hamba dengan Allah SWT, Sang Pemilik dan Pengatur Kehidupan. Allah sangat suka bila ada hambaNya yang mendekat, mencurahkan segala kesahnya, mengadu, memohon belas kasihNya seraya menunjukkan kelemahan dan ketidakmampuan sebagai hambaNya.Â