Hanya ingin menulis ini saja. Tak perlu bertanya tentang makna, karena aku bukan siapa-siapa. Langit senja tidak menguning seperti biasanya, namun gelap datang dengan segera. "Malam kita sudah tiba, katakan saja bahwa ada rindu untuk dia " begitu kataku. "ini hanya bercanda kak" begitu katamu. Kuseduh malam sepimu dengan api cemburu, biar gundah gulana tidak hanya di kepala. Tidak usah heran kenapa aku menyapa. Aku hanya ingin sedikit lebih dekat dengan bahagia. Kenapa rindu bukan untuk kita? Aku harap kamu sedang bercanda. Ada angan bermain riang di sela-sela nafas penuh sesak. Gerak-geriknya penuh semangat. Rajutan mimpi dan warna-warni pelangi kuikat di ujung otak. Ini semua hanya tentang masa. [caption id="attachment_141795" align="aligncenter" width="434" caption="Segera Setelah Lusa"][/caption] Ombak mimpi ini sejatinya memang tak perlu kuurai. Tak perlu heran tentang semua yang ada, cukup rasakan saja perihnya di ujung mata. Sebaiknya kuikuti apa kata teman bercerita. "kembalikan saja semua rasa ini pada pemilik-Nya." Segera setelah lusa, kita akan berjumpa. Semoga aku tak kaku seperti biasa. _____________________________ Tentang mimpi yang mungkin akan kutemukan di kota Jakarta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H