Mohon tunggu...
Izal Aja Dulu
Izal Aja Dulu Mohon Tunggu... lainnya -

Biru

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Antara Ciwidey-Cibaduyut; Tentang Sebentuk hati

6 Mei 2010   15:30 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:22 989
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_134994" align="alignleft" width="300" caption="Tentang Sebuah Hati"][/caption] Kami duduk paling belakang, dalam sebuah bis diantara teman yang terlelap dalam lelah. Rupa-rupanya, tamasya bersama membuat banyak teman akhirnya terkapar tak karuan. Kami masih bertahan berdua, berdampingan. Aku tahu dia juga lelah, kentara dari raut wajahnya, tapi tak apalah, senang rasa memaksanya menjadi teman bercerita siang itu. Pertemuan kami hanya dua kali saja. Dulu, dan saat itu. Rentang waktu antara dulu dan saat itu kurang lebih 2 tahun lamanya. Aku lihat dia tetap sama saja. Supel, enak diajak berbincang lama. Mungkin terpaksa, tapi tak apa. Aku paksa diri berpikir positif saja. Obrolan kami siang itu, masih seperti obrolan biasanya saat kami bertemu di dunia maya. Formal. Perlu waktu untuk aku berani mengangkat tema hati menjadi objek pembicaraan. Sempat beberapa kali bergurau dalam dunia maya tentang cinta, tapi memang tidak pernah seserius siang itu. Entah kenapa waktu akhirnya membawaku berani untuk bercerita panjang lebar. Mungkin karena berpikir kesempatan yang ada hanya saat itu. Aku tidak tahu kapan lagi akan ada pertemuan serupa di waktu mendatang. Aku menunggunya sejak pagi, meski akhirnya baru saling bertemu muka siang hari, ketika pulang. Sesekali, untuk menyamarkan kekakuanku dalam bercerita, Aku tengok kiri dan kanan dari bis yang kami tumpangi. Ternyata, kota Bandung masih ada tempat seperti ini. Jalan raya kecil menuju Situ Patenggang, Kawah Putih dan beberapa objek wisata lain di sekitar Ciwidey masih terlihat sangat perawan. Hijau sana sini, rindang, dengan udara sejuk tak terkira. Tebing-tebing dan bukit-bukit dari kejauhan semakin membuatku terpana. "aku harus datang lagi ke tempat ini, suatu saat." *** Panjang lebar kami berbicara tentang organisasi. Aku sebagai alumni dari organisasi yang kini dia pimpin, merasa wajib untuk bertukar pikiran tentang organisasi ini. Entah pada akhirnya akan diakomodasi atau tidak saran yang aku sampaikan, yang penting sedikit banyak masih bisa ikut berperan. Meskipun mungkin kehadiranku sudah tidak dibutuhkan lagi. Waktu beranjak senja saat akhirnya aku berani berkata tentang rasa. Masih dengan usaha mengumpulkan keberanian. entah kenapa, untuk yang satu ini, terasa sangat sulit mengungkapkan. Mulut ini kaku. Hati memaksa. "Sudah...utarakan saja" begitu gumam hati ini. "Aku suka teman kamu itu" Sesaat hening. Dia hanya tersenyum kecil. Sebenarnya mungkin ingin terbahak-bahak. "Saya sudah mengira, dan akhirnya ternyata benar. Hmmm...dia juga pernah cerita sama saya." Ternyata benar kata banyak teman, aku tidak pandai menyembunyikan isi hati. Sampai-sampai teman berbincangku saat ini pun sudah bisa menebaknya. Urusan hati memang sulit. Dan aku mungkin memang terlalu pengecut untuk berbicara panjang lebar langsung dihadapan si penawan hati. Isi hati akhirnya terbuka. Berserakan. Perjalanan panjang Ciwidey-Cibaduyut mampu membuat isi hati ini dia genggam. Saya tidak berharap banyak dari pembicaraan ini. Tujuan awalnya memang hanya ingin mendapatkan referensi tentang perempuan yang saya suka. Bukankah ketika kita ingin mengetahui sifat seseorang tanyalah teman dekatnya?Itulah yang aku lakukan. Entah...pada akhirnya akan kemana cerita isi hati ini. Aku lebih tertarik membiarkannya mengalir beriringan dengan waktu. Aku menikmati kesendirian ini. "Obat bagi kesendirian datang setelah melewati masa penantian. Sebab, kesendirian hanyalah tipu daya waktu, bagian-bagian dari satu keutuhan hanya dipisahkan oleh waktu" begitu Rumi berkata. *** Bandung yang pengap polusi, pusing macet sana sini, belum lagi jalan berlobang, namun tetap mampu memberikan sedikit harapan untuk sebentuk hati. Ya...ada rasa tertinggal di kota ini. Sejak pertemuan  di sebuah tempat yang bahkan tidak lazim disebut tempat pertemuan. Ada perempuan menawan hatiku di kota ini. Aku hanya sedang menunggu waktu yang tepat. Aku masih mengukur diri. Kamu terlalu istimewa. Aku akan datang dihadapanmu setelah aku benar-benar paham, bahwa rasa ini hanyalah satu dari sekian banyak jalan menuju tuhan kita. ______________________ Antara Ciwidey-Cibaduyut. Ketika isi hati akhirnya berserakan. Sumber Gambar klik disini

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun