Camfrog Video Chat (Google)
Lama sudah saya tidak mempublish tulisah di Kompasiana. Bukannya tidak ingin karena keinginan itu selalu ada. Bukan pula karena sibuk karena sebenarnya saya punya banyak waktu luang. Entahlah, mungkin hanya malas alesan yang tepat kenapa saya lama tidak berkungjung ke laman Kompasiana ini.
Selama tidak memasuki Kompasiana, ada satu media online yang lumayan aktif saya kunjungi dalam kurun waktu 3 bulan terakhir. Laman dunia maya itu adalah Camfrog. Sebagian orang ketika mendengar kata laman Camfrog mungkin akan langsung berkonotasi negatif. Sebagian orang tersebut akan langsung mengingat bahwa Camfrog adalah fasilitas seks di dunia maya. Untuk yang tidak terlalu mengenal, mungkin akan menganggapnya angin lalu atau bahkan kemudian penasaran untuk mencoba.
Perkenalan dengan media itu sebenarnya terjadi bulan puasa tahun lalu, sekitar bulan Agustus 2010. Ketika itu, saya sering mampir ke warung internet untuk sekedar menghilangkan kejenuhan setelah seharian jenuh melatih Pasukan Pengibar Bendera (Paskibraka) Kab. Ciamis 2010. Awalnya, saya mampir ke aplikasi itu memang hanya sekedar iseng. Kenapa iseng? Karena waktu itu di warung internet tersebut tersedia aplikasi ini. Penasaran, saya coba untuk register dan akhirnya bisa log in.
Jangan pikir saya langsung bisa menggunakan media ini. Perlu beberapa hari untuk kemudian tahu aturan mainnya. Satu hal yang menarik waktu itu adalah, saya bisa melihat cam orang lain tanpa permisi. Awalnya, saya hanya menganggap ini media chatting biasa, sama halnya seperti yahoo mensengger atau ebuddy atau omegle atau yang lainnya. Namun ternyata itu tadi, daya tarik utamanya adalah kita bisa melihat cam orang lain tanpa permisi.
Bulan ketiga atau sekitar bukan November, saya mulai intens bermain di Camfrog. Selama proses perkenalan itu pula akhirnya saya memahami bahwa ada fasilitas 18+ di media chatting ini. Saya mulai intes bermain di camfrog ini karena saya mempunyai teman yang juga bermain di camfrog. Pertimbangan saya waktu itu adalah karena kualitas camera di camfrog lebih baik dan tidak tersendat-sendat seperti media lain.
Awalnya, saya dan teman saya selalu bingung bagaimana agar kami bisa saling berinteraksi. Waktu itu kami belum mengenal adanya fasilitas privat call alias cam to cam. Agar tidak berubah-ubah, maka setiap kali online, kami memilih satu room yang digunakan sebagai tempat berinteraksi.
Waktu pun akhirnya membawa saya semakin memahami bawah memang Camfrog ini adalah media dengan berbagai macam fasilitas menarik di dalamnya. Menu utamanya tentu adalah jamuan menikmati fantasy seks gratis dengan melihat wanita atau pria show yang memang banyak melakukan hal tersebut.
Wanita dan pria show? show body? Iya, show body. Dari yang hanya sekedar menggoda dengan tulisan, pakaian sexy, juluran lidah, show dada bahkan tampil vulgar tanpa busana, ada di room ini. Saya pun mulai tertarik untuk bisa menjadikan ini sebagai sarana aktualisasi diri. Kebetulan, bidang ilmu Sarjana saya salah satunya membahas mengenai hal-hal yang berkaitan dengan Kesehatan Reproduksi.
Akhirnya, muncul banyak pertanyaan dalam kepala saya yang kemudian membuat saya tertarik untuk melakukan semacam analisis kecil-kecilan. Inti pertanyaan seputar beberapa pertanyaan besar, seperti: kenapa seseorang suka main camfrog? kenapa paling banyak pengguna camfrog adalah laki-laki? kenapa banyak wanita show di camfrog?
Pertanyaan-pertanyaan di atas itu kemudian menuntut saya untuk bisa berkenalan dengan user lain di Camfrog. Perkenalan paling sulit tentu adalah mengenal wanita. Proses mengenal wanita di dunia Camfrog bisa dibilang tergantung hoki. Wanita di camfrog biasanya selalu membuat idnya privat sehingga tidak semua orang bisa mengirimkan chat terhadapnya. Hanya orang-orang tertentu yang sudah lebih dulu di add yang bisa mengirimkan chat.