STC adalah sebuah mimpi besar. Semua mimpi dari banyak kepala mengarahkan pemikiran kritis yang akhirnya melahirkan STC. STC adalah Seribu Tangan Cinta. "Sebuah perhimpunan yang diinisiasi oleh Kompasianers yang bersatu dalam cinta untuk membantu masa depan menjadi lebih baik dengan berpikir benar dan bertindak benar." Demikian itu adalah profil singkat tentang STC seperti yang tertulis jelas dalam accountnya di kompasiana.
Pertemuan kopi darat malam tadi (20/05) di TIM yang kemudian sedikit banyak membahas STC, sangat membuka mata saya. Bahwa hakekatnya mimpi adalah hal yang perlu diusahakan, perlu diejawantahkan dalam sebuah bentuk kongkret hasil dari analisis keadaan secara komprehensif. Pemikiran kritis saya kemudian menjawab bahwa kita tidak bisa membiarkan mimpi STC ini hanya menjadi sampah.
Saya seorang muda. Fresh Graduate. Saya mencoba merangkum diri saya sekarang dalam profil kompasiana bahwa saya adalah "Seorang sunda. Baru sampai di dunia nyata. Kehidupan adalah warna, setengahnya adalah biru. Aku siapa? entahlah...aku hanya setengah dari satu, sisanya masih kucari."
Setengah dari biru dan satu yang dimaksud oleh saya adalah mimpi-mimpi saya ke depan. Pergaulan saya di kompasiana yang akhirnya mengantar saya bertemu dengan orang-orang hebat dengan berbagai isi kepala yang tertuang dalam tulisan-tulisannya, sangat membantu saya untuk merangkai setiap mimpi menjadi sebuah hal yang nyata. STC adalah salah satunya.
Melalui tulisan ini saya sampaikan saya siap tampil di depan. Saya siap menjadi bagian STC, saya siap menjadi pemimpin. Saya siap menjadi koordinator umum. STC butuh sosok muda yang siap.
Saya yakin, banyak orang yang akan meragukan kemampuan saya. Terlebih karena saya adalah seseorang yang baru sampai di dunia nyata. Saya seorang yang muda. Namun, anggapan tersebut sejatinya adalah bahan bakar yang akan memompa semangat pengabdian saya dan menjadi tantangan yang harus bisa ditaklukan, bahwa seorang muda, pantas tampil di depan dengan segala kemampuan yang dimilikinya.
Kompetensi saya sebagai Sarjana Kesehatan Masyarakat dan pengalaman organisasi saya, tentu sangat dominan dalam interpertasi saya tentang STC. Saya melihat, kompetensi ini begitu mendukung untuk membantu mewujudkan mimpi STC. Kesadaran yang perlu dipahami betul oleh saya adalah bahwa mimpi ini adalah mimpi bersama, oleh karena itu kita sudah seharusnya berjalan beriringan, saling mendukung satu sama lain.
STC adalah perkumpulan orang-orang hebat yang seharusnya bisa mengerahkan segenap sumber daya yang dimilikinya agar bisa berperan optimal dalam upaya peningkatan kualitas bangsa. Bentuk-bentuk advokasi yang diawali dengan riset dan kajian-kajian ilmiah sangat perlu didorong untuk menjadi amunisi penyelesaian masalah. Berpikir benar dan bertindak benar sejatinya adalah pengupayaan identifikasi melalui kajian secara ilmiah untuk mendukung fungsi-fungsi advokasi yang akan mempengaruhi terciptanya atau berubahnya pola pikir secara benar.
Segala kritik dan saran sangat saya butuhkan untuk mewujudkan mimpi bersama ini. Mimpi ini adalah mimpi mulia, jangan biarkan hanya menjadi sampah semata. Mari bergandengan tangan untuk berperan nyata, untuk mimpi kita, untuk bangsa dan untuk masa depan yang lebih baik.
Rizal Qudrotulloh Aminunddin, S.KM
Hasil berpikir keras di sebuah komleks pemukiman padat di daerah Slipi, Jakarta.