"Sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang bertaqwa dan bermanfaat bagi orang lain"
Pernah ada satu asumsi yang salah pada sebuah proses belajar. Pada umumnya semua orang pasti akan berasumsi bahwa ketika guru mengajar maka murid pasti akan belajar juga. Apakah itu benar? Ya tentu tidak. Jika mengajar nerupakan suatu proses. Belajar juga nerupakan suatu proses tersendiri. Diantara mengajar dan belajar ada celah pemisah yang cukup lebar. Peran orang tua dan pendidik yaitu menyediakan media penghubung sehingga ada koneksi antara belajar dan mengajar.
Asumsi itu sendiri merupakan kemampuan seseorang dalam menerima suatu hal sebagai hal yang benar tanpa memastikan atau memeriksa kebenarannya. Jadi ketika kita berpikir dan bertindak hanya berdasar asumsi saja maka kita akan menjadi seperti sekarang ini. Orang tua dan guru akan frustasi sebab mereka telah mengajar dengan bersungguh-sungguh tetapi murid atau anak masih belum mengerti dan belum bisa menyerap apa yang telah diajarkan. Orang tua dan guru frustasi, anak depresi.
Celah pemisah ini terutama karena orang tua/guru tidak mengerti gaya-gaya dalam belajar. Apa itu gaya belajar? Gaya belajar merupakan suatu cara yang dirasa paling menyenangkan dan sekiranya mudah dalam menyerap suatu informasi atau pembelajaran.Â
Ada 5 cara untuk belajar berdasarkan indera penglihatan (visual), pendengaran (auditori), gerakan atau perabaan (kinetetik), penciuman (alfaktori) dan indera rasa (gustatori). Namun ada satu lagi yaitu fikiran kita. Jalur-jalur itu memiliki karakteristik yang berbeda-beda, tetapi yang sering digunakan adalah visual, auditori dan kinetetik.
Kesulitan belajar pada diri anak itu dapat ditandai dengan ketidakmampuannya dalam mencapai suatu taraf hasil belajar yang telah ditentukan dalam batasan waktu yang telah diterapkan dalam proses kegiatan belajar mengajar sesuai dengan potensi yang dimiliki anak. Ada beberapan indikator dan jenis-jenis kesulitan yang sering dihadapi anak dalam proses belajar antara lain.
- Memiliki kesulitan yang kurang signifikan dalam bidang tertentu yang berkaitan dengan pelajaran (terutama untuk membaca dan matematika)
- Memiliki IQ yang rendah, tetapi tidak semua anak yang memiliki IQ rendah itu bodoh. Mereka hanya kurang giat belajar.
- Kurangnya motivasi belajar juga mempengaruhi dalam proses pembelajaran. Mengapa begitu? Bayangkan saja jika tidak ada minat sama sekali untuk belajar, maka akan sulit sekali bagi anak untuk menerima pembelaan yang disampaikan.
- Perhatian yang tidak fokus atau cenderung rendah. Ketika anak terlalu asik dengan dunianya atau apa yang sedang ia lakukaan saat proses belajar, membuat ia tidak memperhatikan apa yang disampaikan atau apa yang sedang ia pelajari.
- Hiper aktif (hiperaktivitas) keadaan dimana anak mengalami kondisi dimana ia menjadi aktif lebih dari biasanya. Ditandai dengan adanya peningkatan gerakan, perilaku anak yang agresif dan sangat mudah terusik.
- Kematangan kognitif yang kurang, yakni kurangnya anak dalam proses berpikirnya dengan baik.
- Bersikap buruk dalam belajar, jika dibiarkan maka akan menjadi sebuah kebiasaan. Contohnya jika ada temannya yang sedang belajar ia akan menjailinya.
Faktor timbulnya masalah atau problematika belajar dan pembelajaran ada yang bersumber dari dalam diri (internal) dan ada yang dari luar (eksternal)
- Faktor yang bersumber dari diri sendiri (internal) yaitu.
1.Faktor Psikologis
Jika anak memiliki intelegensi yang tinggi maka ia akan mampu dan akan lebih mudah memahami pelajaran yang disampaikan oleh guru atau lebih berhasil dibandingkan dengan anak-anak lain yang mempunyai intelegensi cenderung lebih rendah. Penyesuaian bakat anak juga tak kalah penting, jika apa yang ia pelajari tidak sesuai dengan bakat yang ia miliki maka anak akan mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran. Motivasi belajarnya juga akan menurun
2.Faktor Fisiologis
Faktor fisiologis ini berupa masalah gangguan fisik dapat berupa indera penglihatan dan pendengaran yang dapat menyebabkan kesulitan belajar. Misalnya gangguan visual lainnya yang sering disertai dengan sakit kepala, pusing, mual, kehilangan konsentrasi saat pelajaran bahkan malas
- Faktor yang Bersumber dari Luar (eksternal)
a. Faktor yang Bersumber dari Lingkungan Sekolah
Anak akan mudah bosan jika guru menggunakan media atau metode yang sama saat proses pembelajaran setiap pertemuan. Di sekolah hubungan guru dengan guru, guru dengan siswa, siswa dengan siswa jika tidak terjalin dengan baik dan harmonis untuk bekerja sama.Â
Maka akan membuat siswa atau anak mengalami kesulitan dalam belajar. Karena antar individu di sekolah akan saling menyebutkan kelemahan dadi masing-masing personal yang akhirnya akan menimbulkan persaingan yang tidak sehat. Sarana dan prasarana di sekolah juga penting dalam proses pembelajaran.
b. Faktor Keluarga
Faktor ekonomi menjadi poin penting dalam keluarga ini. Apalagi untuk keluarga yang kurang mampu menimbulkan kesulitan bagi anak. Mungkin jika anak terlambat pergi ke sekolah atau tidak dapat membeli perlengkapan sekolag dan masih banyak lagi.Â
Menjaga hubungan harmonis dalam keluarga juga penting, apabila hubungan antar keluarga tidak harmonis seperti orang tua yang sering bertengkar, otoriter, peraturan yang ketat dan sebagainya. Anak akan kesulitan berkonsentrasi saat belajar. Dan terkadang orang tua kuramg perhatian pada anaknya lalu kurang memberikan motivasi belajar untuk anaknya.
c. Faktor Lingkungan Masyarakat
Apabila dalam masyarakat tidak mendukung anak dalam proses pembelajaran, maka anak akan mengalami kesulitan juga dalam belajarnya. Sebagai contoh, melalui media cetak sepeti, komik, buku-buku pornografi, media elektrik TV dan play station.
Upaya untuk pengentasan masalah belajar ada beberapa macam yaitu.
- Peningkatan Motivasi Belajar
Seorang guru yang profesional dan guru yang bertanggung jawab akan mendukung setiap apa yang anak kerjakan. Guru akan memberikan motivasi belajar pada anak dan kepercayaan yang kuat, sehingga anak tidak akan menemukan kesulitan dalam proses belajarnya. Karena dengan motivasi-motivasi tersebut anak akan cenderung mempunyai semangat dalam belajar dan ia akan lebih percaya diri dengan apa yang akan ia kerjakan.
- Pengembangan Sikap dan Kebiasaan Belajar yang Baik Pada Anak
Tiap-tiap anak diharapkan menerapkan sikap dan kebiasaan belajar yang efektif karena prestasi yang diperoleh dengan hasil sendiri dengan kerja kerasnya. Peran guru yaiitu mengembangkan bakat potensi yang dimiliki anak, begitupun dengan mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik pada anak. Bagaimana seorang guru memberikan pembinaan dalam pembiasaan perilaku belajar yang baik pada anak. Sehingga anak tidak akan memiliki kesulitan dalam proses belajar dan pembelajarannya.
- Layanan Konseling Personal
Kegiatan konseling diharapkan bisa mengupayakan adanya pengentasan-pengentasan masalah yang dialami anak mengapa sulit belajar. Tidak hanya perilaku, namun sikap anak pun bisa diperbaiki. Hal ini dilakukan agar anak tidak mengalami kesulitan lagi saat proses belajar dan pembelajarannya.
Anak adalah sebuah anugerah dari Allah SWT yang dipercayakan kepada kita sebagai orang tua dan guru. Tugas utama kita, selaku orang tua dan pendidiknya adalah memberikan kasih sayang, dukungan, pendidikan yang layak, bimbingan dan rasa aman sehingga anak akan tumbuh dengan budi pekerti yang baik dan benar untuk bekal kehidupannya kelak. Dan anak akan mampu menjalani kehidupan yang penuh makna dan manfaat bagi dirinya sendiri, keluarga maupun masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H