Apakah ada orang yang mau memakan bangkai yang sudah pasti berbau busuk dengan rasa yang sudah pasti sangat tidak enak ? semua orang yang diberikan pertanyaan diatas tentu akan menjawab dengan pasti dan sangat pasti "TIDAK". Orang pasti akan lebih bersedia makan nasi aking dari pada makan bangkai, karena banyak cerita lewat berita di TV orang yang makan nasi aking. Begitupun dengan nasi tiwul. Keduanya merepresentasikan sebuah keadaan yang sangay kekurangan. Tetapi bagaimana pun miskinnya tidak ada orang yang mau memakan bangkai, apalagi bangkai saudaranya sendiri kecuali satu nama yang sangat fenomenal yaitu SUMANTO yang menggali kubur untuk memakan daging penghuninya.
Tetapi , secara tidak sadar sebenarnya kita pernah memakan bangkai dari daging saudara kita sendiri. bahkan bagi kebanyakan orang (wanita) hal ini sudah menjadi aktivitas keseharian mereka, tua-muda, miskin-kaya, atau bahkan orang yang dipandang terhormat yang mempunyai kedudukan dari sudut pandang harta maupun ilmu pengetahuan bahkan ilmu agama, sudah tidak segan-segan lagi memakan bangkai saudaranya sendiri. Inilah yang disebut dengan GHIBAH atau mengumpat.
Ghibah adalah membicarakan kejelekan/aib orang lain kepada yang lainnya. Dalam agama islam perbuatan ghibah ini dikategorikan sebagai perbuatan haram yang jika dilakukan akan berakibat punishment dan sebaliknya jika ditinggalkan akan berbuah reward. Dalam perbuatan ghibah yang paling dominan adalah aktifitas mulut/lidah. Seperti ungkapan "lidah tidak bertulang" karena itu lidah sangat mudah melakukan perbuatan hal-hal yang dipandang sebagai perbuatan dosa salah satunya ghibah ini.
Yang diperbincangkan dalam ghibah adalah kejelekan, aib atau cacat yang ada pada orang lain. Kita sangat senang sekali apabila membicarakan hal itu atau dalam bahasa sehari-hari kita kenal dengan sebutan "GOSIP". Seharusnya kebaikan orang lain yang harus diceritakan kepada yang lainnya dengan tujuan agar menjadi sebuah dorongan untuk mengikuti kebaikan yang diceritakan tersebut, bukan sebaliknya kejelekanlah yang banyak disebar kepada orang lain dari mulut ke mulut. Pepatah mengatakan "semut di seberang lautan nampak jelas, gajah dipelupuk mata tidak terlihat. Itulah barang kali pepatah yang pas untuk seseorang yang senang menggunjing. Seperti disebutkan diatas bahwa menggunjing ini tidak pandang bulu siapapun senang dan siapapun pernah. Yang perlu digaris bawahi disini adalah wanita/perempuan. Karena wanitalah yang bisa dikatakan paling banyak menggunjing dari pada laiki-laki. Bahkan tidak menutup kemungkinan wanita-wanita yang dipandang memiliki pengetahuan ilmu agama yang luas. Atau bisa jadi mereka inilah yang paling banyak ghibahnya dari pada orang awam sendiri.
Orang yang melakukan ghibah disamakan dengan orang yang memakan daging bangkai saudaranya sendiri, itulah perumpamaannya. Ajaran islam melarang kepada umatnya untuk melakukan ghibah atau mengumpat kejelekan orang lain. Dimisalkan seperti memakan bangkai karena sangat jelejnya perbuatan ini. Jika kita melihat orang makan bangkai, maka kita menyebutnya orang gila/tidak waras. Apakah orang yang ghibah juga pantas disebut sebagai orang gila? Janganlah kita melebur pahala yang kita kumpulkan dengan susah payah dari sholat kita, puasa kita, shodaqoh kita, kiyamul lail kita dan amal baik kita yang lainnya dengan perbuatan yang sangat tidak terasa sebagai sebuah perbuatan dosa yaitu ghibah. Amal baik kita akan sia-sia hanya karena kita melakukan perbuatan yang dianggap sepele. Alangkah sangat terpujinya bila kita membicarakan kebaikan orang lain bukain aibnya yang kita sebar luaskan. Bagi orang-orang yang mempunyai pemahaman ajaran islam yang sangat luas, berikanlah suri tauladan yang baik "uswatun hasanah" kepada orang-orang awam bukan sebaliknya sebagai pengghibah yang sangat pandai menyebar luaskan aib orang lain sepandai tupai loncat sana sini menyebarkan aib orang lain. Satu perbuatan yang dilakukan sebagai tindakan nyata akan menjadi contoh yang sangat membekas dalam diri orang lain dari pada seribu cerita tentang perbuatan yang hanya di bicarakan dan diungkapkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H