Mohon tunggu...
Iyus Yusuf
Iyus Yusuf Mohon Tunggu... Guru - Iyus Yusuf

Menjadi kompasianer untuk berbagi

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Pasar Sangat Kejam Buat JAL

23 Januari 2010   02:49 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:19 822
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

[caption id="attachment_59231" align="alignleft" width="300" caption="Japan Airliner/admin (shutetrstock)"][/caption]

Salah satu kejadian yang menarik di awal tahun 2010 ini adalah ambruknya simbol kemajuan sekaligus kebanggaan Jepang, Japan Airlines (JAL). Kiprah JAL di dunia penerbangan Internasioanal sudah cukup lama. ”burung besi ” JAL berkiprah di angkasa selama hampir 5 dekade. Mengarungi lebih dari 200 bandara di 35 negara dengan rute penerbangan 282 rute Internasional dan 143 rute penerbangan domestik. Jumlah penumpang yang sudah diterbangkan sebanyak 11,7 juta penumpang Internasional dan 41,1 juta penumpang domestik.

====

Inilah salah satu lambang sukses ekonomi Jepang yang harus rontok akibat kejamnya Mekanisme Pasar. Perusahaan terbesar di ASIA dari sisi pendapatan ini, mempunyai utang sebesar US$ 22 M atau setara dengan sekitar Rp 220 T. Hampir 1/4 dana APBN negara kita yang sebesar Rp 1.000 T. JAL tidak mampu menjadi pemenang ditengah kompetisi Global yang sangat ketat, yang memerlukan tenaga Super Extra. Bukan masalah Profesionalisme atau lemahnya SDM yang menjadi penyebabnya. JAL dipaksa tenggelam oleh kerasnya pasar dan siklus bisnis yang keras terus berputar, yang berbuntut pada munculnya kegagalan pasar. Krisis keuangan global juga menjadi penyebab rontoknya ”burung besi” ini.

===

Dalam Mekanisme Pasar yang diusung oleh Kapitalisme, ketika pasar bermasalah, pemerintah dipaksa untuk turun tangan mem-bailout sebuah perusahaan ketika ada masalah yang tidak bisa diatasi oleh pasar itu sendiri. Tapi, Negara kita dengan bangga membuka langit dan bumi kita dimasuki mekanisme pasar. Merasa siap untuk bersaing dengan raksasa ekonomi seperti Cina dan Australia dalam sesuatu yang kita sebut dengan Perdagangan Bebas (Free Trade). Globalisasi menuntut adanya keluar masuk barang dan jasa tanpa hambatan. Tetapi, untuk menuju kesana harus dipersiapkan berbagai infrastruktur dan daya saing yang kuat.

===

Mencermati kasusu JAL ini, ada sebuah pelajaran yang menarik.Dimana sebuah perusahaan yang sudah sangat mapan dalam berbagai bidang, namun akhirnya terkapar oleh kerasnya pasar. Kegagalan pasar mempunyai andil yang sangat besar dalam merontokkan JAL.

Mekanisme pasar bukanlah sahabat yang baik bagi industri yang masih lemah. Seperti halnya dengan AC-AFTA. Masih banyak industri kita yang belum siap bersaing dan bertarung dalam mekanisme pasar bebas ASEAN-Cina.

Atau, kita akan melihat banyak ”JAL” di Negeri kita yang rontok berguguran diterjang badai pasar bebas. Atau mungkin manjadi banyak yang dikuasai oleh Asing. Lalu, dimana kemandirian dan kemerdekaan kita.

Marilah, berkaca pada JAL.

Cianjur, 23 January 2010

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun