Dua bulan lalu, saya masih teringat "sang Pahlawan" is the Hero "yang berbaik hati. Pahlawan itu bukan pahlawan kesohor ataupun ternama. Mereka pun tak cuma satu tapi beberapa orang. Siapakah mereka?, saya pun jadi terinspirasi jika melihat film-film mandarin pahlawannya, para pengemis yang menyamar dalam rangka menyelamatakan kekaisaran. Yach mereka "Pengamen Jalanan" , pernahkah, sahabat-sahabat semua di selamatkan pengamen jalanan?. Berikut petikan kisahnya : Laju lalu lintas di Kota Tercinta Bandung yang mendapat julukan "Paris Van Java" Pagi itu tidak begitu macet, maklum weekend, Sabtu pagi. Hari itu saya menemani "Ibunda tercinta" menyusuri pasar Cicadas, untuk membantu membeli sayuran sebagai modal untuk jualan di pasar tradisional. Begitu ramai pasar Cicadas jika di pagi hari jam 05.00-06.00 WIB pagi. Lalu lalang pembeli penjual meramaikan pasar dadakan itu. Setelah selesai sayur-sayur itu sya gantung di penggantungan samping kiri-kanan motor, ibu di belakang membawa beberapa sayuran mentah dengan semangat. Setelah itu motor saya nyalakan - kami berdua pun, menyusuri jalan raya menuju pasar Cihapit tempat ibu jualan. Baru berjalan beberapa meter menuju perempatan Antapani, satu pengait gantungan motor sebelah kiri patah, otomatis sayuran yang digantung beserta beberapa sayuran yang disatukan dalam tas plastik, berjatuhan di jalan raya ya tepat di perempatan Antapani. Wajah saya merah padam ketika terkena musibah itu betapa tidak sayuran itu modal tuk jualan yang telah ditunggu langganan ibu. Ibu pun pucat pasi , sayuran tercecer di perempatan jalan, ? Tiba- tiba bak " Pasukan Sun Tzu" di negeri impian, berlarian " Pengamen jalanan 3- 4 perajurit dadakan itu beraninya mereka menyetop mobil, angkutan kota yang mau melindas sayuran yang terjatuh itu. Yach mereka begitu sempotan, karena polisi juga belum ada di pagi itu. Mereka bag "Panglima perang" yang menyetop mobil-mobil itu hingga mobil pun berjejer antri dengan tertip, karena mereka memaklumi terlihat, tomat, bonteng, cabai yang berceceran di perempatan jalan, di bawah lampu merah. Saya pun terkesima mereka begitu sigap ada yang memungut sayuran memasukan ke kantong kresek kembali, ada yang tetap menyetop kendaraan. Sementara saya beserta ibu, ke pinggir perempatan menunggu sayuran yg dipunguti para pengamen. Yach mereka pun membawa sayuran itu pada kami kembali, lumayan banyak juga yang terselamatkan, sebab kalo tidak bukan mustahil, sayuran bisa tertabarak mobil-mobil karena di perempatan jalan. Sebenanrnya saya tak tahan ingin meneteskan air mata, ketika mereka membawa sayuran itu ke motor kami. Saya pun mengucapkan banyak terima kasih, sembari memberikan beberapa hadiah balas jasa pada mereka, begitu juga ibu. Awalnya mereka menolak, tetapi saya pun bisa membujuk mereka. Mereka pun menggangguk dengan sopan dan menerimanya. Saya pun dan ibunda tercinta selalu bersyukur pada Yang Maha Kuasa, jika mengingat kisah itu. Yach itulah sekelumit kisah " Pengamen Jalanan Yang Baik Hati" kalo saya melewati perempatan Antapani, memori kisah ini selalu muncul, bahwa mereka pun bersahabat dan baik hati. Semoga kisah ini bisa membawa inspirasi dan hikmah di hari-hari dan aktifitas yang kita jalani. ***iys/bdg/6/06/11
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H