Mohon tunggu...
Indriyatna Sugiyarta
Indriyatna Sugiyarta Mohon Tunggu... -

Writterpreneur-siswa SMO,"Pemenang lomba artikel Aksi Semangat Indonesia-Fatigon-Kompas.Com-2010", sertifikat apresiasi dari PT Holcim, peserta lomba penulisan artikel content web :"Holcim Healthy House Challenge 2009-2010"

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Hikmah Musibah di Bulan Ramadan

31 Agustus 2010   08:12 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:34 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_245081" align="alignleft" width="300" caption="(Foto menjelang hujan di Bandung)"][/caption] Pernahkah kita membayangkan jika di bulan Ramadan yang penuh berkah mendapatkan ujian musibah dalam hidup ini? Episode kisah duka ini, tentu akan mendewasakan dalam berpkir betapa hidup ini begitu singkat, hingga kita harus berhati-hati & isi hidup dengan selalu dzikir, fikir, & ikhtiar & ridhlo dengan apa yang telah ditetapkan Oleh - Nya. Maupun sabar & ikhlas dalam menjalaninya. Berikut petikan kisah duka yang dialami penulis sendiri dua belas tahun yang lalu. *** Memori saya pun teringat seolah-olah mampu menembus lorong waktu kejadian yang terjadi dua belas tahun yang lalu, tepatnya 26 Januari 1998. Waktu itu bulan Ramadan tepatnya empat hari menjelang Idul Fitri. Seperti sudah menjadi tradisi di negeri ini, yang beraktifitas di kota besar seperti saya di Bandung, tentu mudik di kampung halaman tuk bersilaturahmi. Saya mudik, di kota kabupaten di Yogyakarta tepatnya di Wates Kulon Progo. Sehari setelah tiba di kediaman rumah simbah di Wates, saya diajak oleh sahabat lama teman seperjuangan sejak dari kecil, tuk mengantar titipan oleh-oleh rekan kerjanya agar disampaikan pada keluarganya di kabupaten Sleman. Kebetulan rekanku ini telah bekerja di suatu instansi pemerintah di luar Jawa.. Jarak Wates – Sleman kira- kira 40 km an, karena masih ramadan tentu kami berdua masih puasa waktu itu. Berangkat berdua mengendarai sepeda motor, sahabat saya di depan saya mbonceng dibelakang. Perjalanan begitu indah terlihat, kiri kanan jalan sawah nan hijau membentang diimbuhi suasana pagi hari yang sejuk sepenggal matahari tersenyum dari ufuk timur memancarkan cahayanya. *** Aral tak dapat dicegah, musibah pun tak dapat dihalangi, kami berdua mengalami musibah kecelakaan setelah melintasi jembatan panjang Kali Progo. Motor yang kami berdua kendarai tersenggol motor lain dari arah berlawanan. Bruk..bruk…. motor kami pun agak hilang keseimbangan dan akhirnya oleng dan kami pun terjatuh. Masyarakat sekitar lokasi kecelakaan langsung berhamburan menolong kami berdua, rekanku yang mengendarai motor pingsan dalam beberapa saat, kemudian sadar. Saya sendiri, mengalami pendarahan yang begitu banyak hingga mengalami koma dan tak sadar dalam waktu yang lama. Langsung masyarakat menolong kami dengan mobil mereka, kami berdua dibawa ke rumah sakit terdekat. Setelah diperiksa ternyata luka kami berdua harus mendapatkan perawatan yang lebih serius, apalagi saya sudah dalam keadaan koma. Rekanku di bawa ke rumah sakit patah tulang tangan. Saya ke rumah sakit penyembuhan pendarahan di kepala. Saya pun dengan mobil ambulan dibawa ke rumah sakit di Yogya. Lokasi rumah sakit, tepat di depan Bunderan UGM Yogya. Walo rumah sakit milik swasta dan milik non muslim, tapi pelayanan medisnya begitu profesional, saya langsung masuk UGD. Oleh dokter pemeriksa, saya divonis harus menjalani operasi besar di kepala saya, karena mengalami pendarahan. Tentu pihak rumah sakit langsung menghubungi keluarga besar saya di Wates-Kulon Progo maupun Yogya, maklum saya dalam keadaan koma. Keluarga setuju dan operasi besar dilaksanakan. Alhamdulillah operasi berjalan lancar. Kurang lebih tujuh hari setelah operasi kesadaran saya mulai terasa walo belum pulih secara total. Ramadan sepuluh hari terakhir yang seharusnya itikaf di masjid saya terbaring di rumah sakit. Begitu pula Idul Fitri sarana silaturahmi saya pun tetap di rumah sakit. Dua hari setelah Idul Fitri justru rekan kampung, handai taulan, sanak saudara menjenguk saya di rumah sakit, walo saya masih belum sadar. Orang tua, saudara maupun kerabat terdekat yang setia menemani dan merawat saya waktu itu. *** Episode kisah di atas memberikan pelajaran bahwa episode kisah suka maupun duka dalam hidup ini, akan senatiasa kita alami. Tentu sahabat-sahabat semuanya mempunyai episode tersendiri yang akan memberikan hikmah. Tentang hikmah sendiri dalam Al Quran ditegaskan, “ Siapa yang dianugerahi hikmah, maka dia telah dianugerahi kebajikan yang banyak.” (Q.S.2:269). Semoga kita yang saat ini masih diberikan nikmat kesehatan dapat selalu mensyukurinya dengan jalan menjalankan aktifitasnya dengan mengharapkan ridhlo Allah Swt, amin. (IyS, 29/8/2010)***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun