SDGs 12: Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab untuk Masa Depan yang Berkelanjutan
Semenjak pertengahan abad ke-18, seiring dengan berkembangnya industri dan diciptakannya teknologi bermunculan produk-produk baru, konsumsi energi dan sumber daya telah meningkat pesat, dan kehidupan masyarakat telah berubah secara signifikan. Teknologi banyak mengembangkan banyak produk-produk yang fungsional. Namun, tidak jarang terjadi emisi dan kecelakaan saat produksi yang dapat menyebabkan masalah-masalah kesehatan serius pada lingkungan maupun orang-orang yang bekerja di sana.
Adanya Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau sering kita sebut SDGs (Suistainable Development Goals) merupakan tujuan dari PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) untuk mencapai pembangunan dan kesejahteraan berkelanjutan di tingkat global. Salah satunya adalah Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab atau kerap kali disebut SDGs 12 dimana peranan SDGs ini untuk memastikan terjadinya pola Konsumsi dan Produksi yang Berkelanjutan. Topik ini cukup menarik perhatian saya dan saya harap bisa turut andil bagian dalam mencapai 17 poin SDGs terutama pada topik yang saya soroti kali ini.
Pentingnya SDGs 12
SDGs 12 sendiri memiliki peranan yang sangat penting karena bertujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang diharapkan dapat tumbuh tanpa mengorbankan lingkungan, melindungi lingkungan hidup akibat pola konsumsi dan produksi yang tidak berkelanjutan, dan meningkatkan kualitas kehidupan untuk masa kini maupun masa mendatang melalui akses yang lebih baik terhadap makanan yang sehat, air dan udara yang bersih. Dengan mendukungpengembangan teknologi dan inovasi yang ada, mengelola sumber daya alam dengan sebaik-baiknya, mengurangi jumlah makanan yang terbuang sia-sia, dan mendorong peningkatan daur ulang beberapa bahan seperti plastik juga merupakan contoh kontribusi penerapan SDGs 12 dalam kehidupan sehari-hari.
Di kehidupan nyata manusia memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dengan beberapa upaya produksi sesuai dengan kapasitasnya sendiri. Namun, tidak jarang juga ada yang masih belum mampu untuk melakukan pemenuhan kebutuhan konsumsi tersebut sehingga pemenuhannya dapat dilakukan oleh distribusi produksi dari pihak lain. Yang terkadang menjadi masalah adalah apabila pemenuhan kebutuhan dan keinginannya dilakukan di luar batas kewajaran seperti melanggar keutuhan dan keselarasan antara produsen, konsumen, dan distributor bahkan sering kali dalam upaya kegiatan ekonomi, mengganggu stabilitas dan keberlanjutan ekosistem. Dengan terus meningkatnya populasi manusia setiap tahun mengakibatkan terjadinya ketidak seimbangan tingkat konsumsi dan produksi dengan sumber daya yang ada. Perubahan pola konsumsi perlu dilakukan agar tidak menjadi pemicu masalah krisis global dikemudian hari. Dari data yang ada, Indonesia masih menjadi kontributor sampah peringkat ke-1 se-Asia Tenggara yang didominasi oleh sampah rumah tangga dan sampah makanan sementara itu Indonesia menduduki posisi negara ke-3 dengan tingkat kelaparan tertinggi di Asia Tenggara, ini berarti masih terjadi pemborosan makanan secara sia-sia yang merupakan sebuah tanda adanya konsumsi dan produksi yang berlebihan. Dengan pola hidup seperti ini tentunya ketersediaan sumber daya yang ada tidak dapat selaras dengan tujuan dari SDGs 12.
Bahkan "Masalah lingkungan masih menjadi perhatian para pemerhati lingkungan, pemerintah dan masyarakat luas. Salah satu masalah lingkungan yaitu terkait dengan limbah yaitu banyaknya limbah kertas (paper waste) yang belum dimanfaatkan. Indonesia menghasilkan sebanyak 34,5 ton sampah yang diantaranya merupakan sampah kertas sebesar 12%. Adapun limbah yang masih belum terkelola dengan baik sebesar 43% (KLHK, 2020)." Sedangkan kebutuhan kertas terus meningkat apalagi di bidang industri, cetak dan desain grais.
Masalahnya, walaupun produksi kertas sangat diperlukan, produksi kertas tersebut berasal dari penebangan pohon dan jumlahnya tidak pernah sedikit. Pembuatan kertas menghasilkan limbah berbahaya ketika terurai. Dapat kita simpulkan bahwa kertas daur ulang merupakan solusi dari permasalahan yang muncul. Adanya teknologi modern juga membuat kertas tidak bisa tergantikan karena masih banyak masyarakat yang memilihnya untuk memenuhi kebutuhan pengemasan berbagai dokumen dan produk. Semakin banyak kertas yang dihasilkan maka semakin banyak pula sampah kertas yang dihasilkan. Banyaknya sampah kertas di tempat pembuangan sampah menunjukkan kurangnya kesadaran masyarakat. Beberapa orang lebih memilih membakar sampah kertas dibandingkan memilahnya dan mendistribusikannya ke pusat daur ulang karena mereka merasa lebih mudah melakukannya. Namun pembakaran kertas bekas dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan manusia dan lingkungan. Oleh karena itu, mendaur ulang sampah dinilai lebih baik dibandingkan membakar sampah kertas yang dapat menyebabkan pencemaran lingkungan.
Solusi Melalui Inovasi dan Teknologi
Menanggapi masalah-masalah sosial ini, logistik yang bertujuan merancang, mengelola, dan mengoptimalkan aliran barang, informasi, dan sumber daya dalam suatu sistem produksi atau layanan. Dengan kata lain, berfokus pada bagaimana cara pembuatan suatu produk atau jasa agar dapat sampai ke konsumen dengan efisien, efektif, dan dengan biaya yang rendah. Dan didukung oleh produksi yang bertujuan untuk merencanakan, merancang, dan memilih teknologi yang mendukung sistem produksi, hingga distribusi produk akhir diharapkan terjadi langkah memaksimalkan pengelolaan persediaan bahan baku, transportasi, manajemen gudang dan tata letak untuk meminimalkan jarak dan waktu penanganan material hingga sampai ke tangan konsumen. Tercapainya pengoptimalan logistik dan produksi ini akan berdampak positif bagi perwujudan SDGs 12 atau Konsumsi dan Produksi yang berkelanjutan. Beberapa dampak positifnya, yaitu:
- Mengurangi emisi Gas Rumah Kaca, karena terjadi pengurangan moda transportasi dan jarak tempuh.
- Penggunaan bahan baku dan siklus hidup produk yang lebih lama, dengan desain dan bahan baku produk yang mudah diperbaiki akan menghasilkan produk yang mudah untuk didaur ulang dimana akan mengoptimalkan fungsi produk dengan mengurangi jumlah produksi produk yang baru.
- Meminimalisir limbah, dengan optimasi sistem logistik dan produksi memungkinkan produksi limbah berkurang dan terjadi pengelolaan yang baik pula terhadap pengelolaan limbah yang lebih efektif.
Kesimpulan: