Beliau menanamkan semangat kebangsaan dan kemerdekaan melalui dakwah-dakwahnya. Bayangin, di tengah-tengah tekanan penjajah, beliau berani menyuarakan pentingnya kemerdekaan dan hak-hak bangsa Indonesia. Beliau juga memanfaatkan pendidikan untuk membentuk generasi muda yang tangguh dan bersemangat untuk memperjuangkan kebebasan dari penjajah.
Ini bisa dibilang cara cerdas untuk melawan penjajah. Nggak frontal, tapi lewat pendidikan dan dakwah yang akhirnya bisa menggugah kesadaran masyarakat. Di masa itu, banyak tokoh ulama yang seperti TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid, yang berjuang lewat jalur non-kekerasan, tapi dampaknya nggak kalah besar dari mereka yang angkat senjata.
Penghargaan Pahlawan Nasional
Setelah Indonesia merdeka, kiprah TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid terus berlanjut. Beliau tetap aktif dalam mengembangkan Nahdlatul Wathan dan berdakwah di seluruh NTB. Pada tahun 1997, beliau wafat dengan meninggalkan warisan yang sangat besar, terutama di bidang pendidikan dan agama.
Tapi jasa-jasa beliau nggak dilupakan begitu saja. Pada tahun 2017, Presiden Joko Widodo menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid. Gelar ini diberikan sebagai penghargaan atas perjuangan dan pengabdian beliau dalam bidang pendidikan, agama, dan perjuangan melawan penjajahan.
Yang menarik, pengakuan ini nggak cuma dilihat dari kiprah beliau di masa lalu, tapi juga dari dampak panjang yang masih dirasakan sampai sekarang. Sekarang, Nahdlatul Wathan masih berdiri kokoh dan menjadi salah satu organisasi Islam terbesar di NTB, dengan ribuan lembaga pendidikan yang terus mencetak generasi-generasi yang berilmu dan beriman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H