[caption id="attachment_219747" align="aligncenter" width="466" caption="Sumpah Pemuda Indonesia"][/caption]
Dua tahun yang lalu saya pernah membuat tulisan di forum terhormat ini terkait dengan Sumpah Pemuda http://sosbud.kompasiana.com/2010/10/28/menggugat-sumpah-pemuda-gerakan-pemuda/, kali ini saya kembali membuat tulisan terkait hal yang sama, mengingat peran pemuda yang masih belum optimal dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Ibarat sebuah pecahan kaca, saat ini pemuda seakan terpecah dan berserakan dimana-mana, tanpa ada yang berusaha untuk menyatukan pecahan tersebut untuk mejadi utuh dalam satu kesatuan. Pemuda saat ini nampaknya disibukkan oleh kepentingannya masing-masing untuk dapat survive dalam kehidupannya. Hal ini dapat terlihat dari berbagai kegiatan job fair, ratusan bahkan mungkin ribuan pemuda berdatangan ke acara tersebut dengan tujuan yang sama dan satu, yakni untuk mendapatkan pekerjaan.
Di sisi lain banyak pemuda yang asyik dan happy dengan dunia mudanya sendiri, bahkan larut dalam keasyikannya tersebut. Tidak sedikit pula pemuda yang menyia-nyiakan masa mudanya dan terjebak dalam pengaruh narkoba, judi, bahkan korupsi. Meski demikian masih ada pemuda yang konsisten pada cita-cita luhur bangsa Indonesia.
Meringis (meminjam istilah anak muda sekarang untuk menggambarkan rasa prihatin) memang, jika kita melihat kondisi pemuda hari ini. Meski saya tidak memiliki data yang valid, tentang prosentase sebaran peran pemuda hari ini. Namun kita bisa bercermin di lingkungan kita masing-masing untuk menilai prosentase tersebut.
Menurut saya, pemuda hari ini cendrung individualis, lebih mementingkan dirinya sendiri. Tidak ada empati pada lingkungan sekitar dan acuh pada kondisi social saat ini. Apalagi para pemuda yang tergabung dalam OKP (Organisasi Kemasyarakatan Pemuda), bagi saya, mereka lebih mementingkan pada eksistenti organisasinya daripada berbuat untuk kepentingan masyarakat.
Lihat saja, belum lama ini terulang kembali, wadah OKP dalam hal ini KNPI (Komite Nasional Pemuda Indonesia) saling klaim hanya untuk sebuah eksistensi. Hal yang sangat memprihatinkan dan memperburuk wajah pemuda Indonesia saat ini. Jika terus-menerus berkelahi, maka pemuda hanya akan membuat “gaduh” kehidupan social masyarakat dan buakn menjadi solusi di tengah kompleksnya masalah social bangsa.
Jika melihat semua ini, saya menilai negara telah gagal, apalagi jika dikaitkan dengan UU No . 40 tahun 2009 tentang Kepemudaan. Karena itu diperlukan revitalisasi peran pemuda untuk dapat membangkitkan semangat juang pemuda 1928. Peringatan 84 tahun Soempah Pemoeda adalah momentum pemuda untuk memulai dari titik awal kebangkitan pemuda Indonesia. Dengan tekad yang kuat untuk kembali berikrar SATU INDONESIA …!!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H