Manajemen ketahanan semakin menjadi penting dalam bisnis yang rentan terhadap perubahan. Hal yang tidak pernah berubah adalah perubahan. Semua bisnis akan selalu ada kemungkinan dihadapkan hambatan dan masalah yang muncul terlepas seberapa baik rencana bisnis disiapkan.
Fenomena eksternal yang sedang melanda dunia saat ini adalah pandemi Covid-19. Dampak yang dirasakan sangat luas hingga keseluruh sektor industri. Salah satunya adalah krisis pada industri peternakan unggas ayam ras petelur.
Pada tahun 2013, jumlah peternak ayam ras petelur di Kabupaten Blitar berjumlah 4.321 orang (BPS Kab Blitar 2015). Jumlah tersebut tahun 2022 menurun menjadi 4.188 orang (Disnakkan Kab Blitar 2022).
Menurunnya jumlah peternak mandiri menunjukkan hilangnya kondusivitas ranah usaha yang menunjang peternak. Banyak keluarga yang tergantung pada usaha ini. Jumlah anggota keluarga yang dimiliki peternak menjadi dorongan tersendiri bagi peternak untuk tetap bertahan. Peternak dapat dikatakan memiliki sikap resiliensi.
Resiliensi sebagai konsep akademik muncul dari dua disiplin ilmu. Pertama, Holling (1973) mendefinisikan ketahanan sebagai ukuran kegigihan sistem dan kemampuan untuk menyerap perubahan dan gangguan sehingga tetap mempertahankan hubungan yang sama antara populasi atau variabel keadaan. Pengembangan disini dicirikan oleh perubahan tiba-tiba, tidak dapat diprediksi, dan kegigihan.
Konsep resiliensi kedua berasal dari disiplin psikologi sosial sebagai istilah untuk menggambarkan kelompok orang yang mampu bangkit dari keterpurukan (Walsh 1998 dalam Dwiartama 2014). Perspektif ini menunjukkan bahwa terdapat upaya aktif dalam individu dan masyarakat untuk mengatur diri sendiri dan berkembang di tengah krisis dan bencana.
Ketahanan kewirausahaan sering diserupakan dengan ketahanan individu. Branicki dan Livschitz (2017) dalam jurnalnya merangkum beberapa karakteristik wirausaha antara lain memiliki toleransi stress, kenyamanan dengan kegagalan, kenyamanan dengan risiko dan ketidakpastian, efikasi diri yang digeneralisasikan, inovatif/kreatif, making do, kebutuhan akan otonomi, mencari peluang, dan proaktif.
Referensi:
BPS Kabupaten Blitar. 2015. Jumlah Rumah Tangga Usaha Peternakan Menurut Kecamatan dan Jenis Ternak, 2013. [Diakses 2021 Okt 4]. https://blitarkab.bps.go.id/statictable/2015/02/23/296/jumlah-rumah-tangga-usaha-peternakan-menurut-kecamatan-dan-jenis-ternak-2013.html
Branicki LJ Sullivan-Taylor B, Livschitz SR. 2017. How Entrepreneurial Resilience Generates Resilient SMEs. International Journal of Entrepreneurial Behavior & Research.
Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Blitar. 2022. Laporan Hasil Analisis Pendataan Peternakan Tahun 2021.