Mohon tunggu...
Andi Sitti Mariyam
Andi Sitti Mariyam Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu Rumah Tangga

Seorang Ibu, peminat pendidikan dan pemerhati sekitar :)

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Shalat Idul Fitri di Rumah Saja? Saya Pernah

22 Mei 2020   05:41 Diperbarui: 22 Mei 2020   05:50 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Waktu itu saya masih duduk di bangku SMP. Bapak menjadi imam bagi ibu, saya, dua adik dan seorang saudara. Kami berenam shalat Ied di lantai 2 rumah kami. Peristiwa itu masih terkenang hingga hari ini. Bahkan suasana syahdunya masih terekam dalam memori. 

Mula-mula Bapak menjadi imam pelaksanaan shalat Ied. Setelah itu beliau mulai berkhutbah. Khutbah yang sangat sederhana, disebutnya nama kami satu per satu ketika memberi nasihat. Sungguh sangat membekas dan istimewa.

Penyebabnya waktu itu bukan soal wabah. Bapak memiliki keyakinan dan perhitungan sendiri tentang hisab awal bulan Hijriyah. Beliau sering merasa kurang sependapat dengan keputusan pemerintah tentang penentuan awal puasa dan hari raya. 

Apalagi jika ada kabar bahwa Makkah telah melaksanakan Shalat Ied lebih dahulu dari Indonesia, maka Bapak merasa semakin tidak sependapat. Bukankah waktu Indonesia lebih dahulu, mengapa shalat Iednya belakangan? begitu pikir beliau.

Perbedaan hari raya sesuatu yang lazim sebenarnya di masa sekarang. Dimana seringkali kita mengalami perbedaan pelaksanaan awal puasa maupun hari raya. Namun tidak di sekitar tahun 1990-an. Di masa pemerintahan Presiden Soeharto tidak ada yang melaksanakan shalat Ied di masjid atau lapangan jika berbeda dengan ketetapan pemerintah.

Ini jadi salah satu alasan mengapa saya memilih jurusan Astronomi saat kuliah. Di kemudian hari ketika anaknya mampu memberi sedikit penjelasan mengenai duduk perkara perbedaan hari raya, toh Bapak dengan legowo menerima dan memilih Shalat Ied bersama mayoritas. Pada akhirnya, kami tidak pernah lagi shalat Ied sendirian di rumah. Namun bagaimanapun, pilihan Bapak mengajarkan apa artinya bersikap atas dasar keyakinan dan idealisme.

Bagi keluarga yang belum pernah melakukannya, tahun ini Allah memberi kesempatan. Inilah waktunya para Bapak menjadi Imam Shalat Ied yang biasanya hanya diperankan oleh para Kyai, Ustadz atau tokoh agama. Ketika shalat Ied dilaksanakan di rumah pada masa wabah ini, maka akan menjadi kejadian yang tidak biasa dalam pengalaman beragama kita. 

Anak-anak akan belajar betapa murah hatinya Allah dengan syariat agamanya. Mereka akan menyadari bahwa syariat diturunkan untuk keselamatan jiwa dan kesejahteraan manusia. Ia bukan sekedar dijalankan dengan ketentuan yang kaku tanpa toleransi.

Selamat bertugas menjadi Imam dan Khatib di Shalat Idul Fitri 1441 H  bagi semua Bapak di manapun berada :)

Indonesia, 28 Ramadhan 1441 H

https://andisittimaryam.blogspot.com/2020/05/shalat-ied-di-rumah-saya-pernah.html?m=1

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun