Saya teringat serangan Paris pada bulan November 2015 lalu yang menewaskan sedikitnya 128 orang dan 180 diantaranya luka-luka. Reaksi dunia luar biasa besar pada saat itu. Tidak hanya Perancis, seluruh negara di dunia mengecam aksi tersebut termasuk PBB dan Amnesty Internasional. Media berlomba memberitakan insiden tersebut dengan bermacam versi yang intinya tidak lepas dari kata Islam dan ajarannya.
Berbeda dengan Paris, Tragedi Aleppo (Suriah) baru-baru ini ternyata tidak begitu mendapat tempat di mata publik international. Saya yakin, dunia menyaksikan kebiadaban rezim Suriah dan sekutunya Iran, Cina serta Rusia dan Amerika sebagai dalang. Dan sangat yakin, pembantaian demi pembantaian yang dilakukan Assad selama lima tahun terakhir sejak bergulirnya Revolusi Syam, disaksikan oleh dunia. Ratusan ribu korban sudah berjatuhan, sebagian besar diantaranya perempuan dan anak-anak, tapi sekali lagi, tidak ada perhatian serius ataupun solusi tuntas atas Suriah.
Saat Madaya diblokade (kelaparan) dan meminta pertolongan PBB agar mereka dibebaskan, Alih-alih membantu dan menolong, PBB justeru memanfaatkan moment ini untuk bernegosiasi dengan kelompok perlawanan. Dengan dalih bantuan kemanusiaan PBB menawarkan solusi jalan tengah yang dikenal dengan Konferensi Jenewa, kemudian membujuk revolusioner agar menyerah dan mengakui keberadaan Bashar Assad. Satu bukti, PBB tidak memiliki peran berarti di Suriah kecuali menjalankan agenda negara besar (Amerika Serikat).
Begitu pula dengan Aleppo, serangan udara yang dilancarkan pasukan Assad dan Rusia tidak hanya menargetkan kelompok perlawanan tapi juga rumah-rumah warga, fasilitas umum dan rumah sakit. Ratusan korban berjatuhan, puluhan diantaranya perempuan dan anak-anak tak berdosa. Tidak terdengar suara sumbang Amnesty International yang biasa lantang menyuarakan HAM dan Kemanusiaan, begitu pula PBB, Negara Barat, dan media massa. Tidak terdengar label yang biasa mereka lantunkan "terorisme", semua bisu dan buta seolah pembantaian warga Allepo tidak memiliki nilai sama sekali.
Begitulah fakta yang terjadi, saat non-Muslim yang jadi korban dan pelaku diduga oknum Muslim, negara Barat dan media langsung menancapkan tuduhan-tuduhan miring (teroris, radikal, extremis, dsb) dan mengaitkan peristiwa dengan Islam berikut ajarannya. Sebaliknya, saat Muslim yang jadi korban, semua bisu seolah mulut mereka terkunci dengan rapat. Standard ganda ini tidak hanya berlaku pada tragedi Aleppo tapi juga pada banyak kasus yang tidak disebutkan.
Tidak hanya Barat, penguasa-penguasa negeri muslim tidak tergerak sedikitpun membantu apalagi menolong rakyat Suriah selain menjadi penonton sambil menyaksikan saudara seimannya dibantai. Senjata militer mereka hanya sebatas koleksi pajangan penghias singgasana mereka, dan tidak digunakan kecuali atas izin atau perintah dari majikannya (Barat).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H