Mohon tunggu...
Iyal Seprianto
Iyal Seprianto Mohon Tunggu... -

#politik

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kompas dan Rohingya

25 Mei 2015   09:36 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:38 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dua pekan terakhir Rohingya menjadi topik hangat di banyak media, baik cetak, elektronik, maupun media sosial. Rohingya menjadi buah bibir publik dan sukses bertengger di tiap sampul media, baik kecil maupun besar, nasional hingga dunia. Dari sekian banyak media, sedikit banyaknya saya mencermati isi berita yang di muat oleh media Kompas yang menurut pandangan saya memiliki kesamaan ide dengan Tempo, MetroTvNews, TvOne, dan media sekular lainnya dalam menyoroti pengungsi Rohingya. Poin yang jadi catatan adalah kompas disamping menyuarakan fakta tentang rohingya, mereka juga mengopinikan ide (wacana) yang intinya berharap pengungsi rohingya bisa dipulangkan ke negara asal dalam waktu dekat (secepatnya). Opini tersebut berulang kali mereka sebarkan dengan menjadikan pernyataan Panglima TNI Moeldoko dan Gubernur Aceh sebagai batu pijakan pembenaran ide. Tindakan kompas ini tentu bukan tanpa alasan. Sebenarnya tidak aneh jika media sejenis kompas dan media sekular lainnya tidak betah dengan kehadiran pengungsi rohingya di indonesia. Dan maklumi saja sebab kasus ini berkaitan erat dengan kepentingan jangka panjang, dan mereka merasa terusik dalam hal ini. Apalagi fakta terbaru menunjukkan rohingya bukan hanya jadi topik hangat di media nasional tapi hampir di semua media dunia. Berikut alasan kompas: 1) Ketakutan tak beralasan... Dengan adanya diskriminasi yang dilakukan pemerintah myanmar, biksu, dan umat budha terhadap muslim rohingya secara tak langsung telah memunculkan sentimen anti budha di indonesia. Pandangan mereka, jika pengungsi rohingya terlalu lama bertahan di indonesia tidak tertutup kemungkinan bisa memancing konflik antara agama di indonesia. Dan imbasnya bukan hanya pada umat budha saja tapi juga merembes ke minoritas non muslim lainnya. 2) Dengan kehadiran pengungsi rohingya di indonesia. Jualan mereka selama ini "isuTERORISME" sedikit sepi peminat. Sebab, baru-baru ini majalah TIME mengeluarkan sebuah judul dalam sampul majalahnya yang intinya memberikan cap radikal kepada biksu budha (Ashin Wirathu). Jadi ke depan media tadi tidak lagi bisa dengan mudah mengidentikkan istilah terorisme dengan muslim setelah kemunculan fakta terbaru "teroris ala budha". Jadi upaya memojokkan islam akan sedikit sulit ke depannya. 3) Alasan Nasionalisme. Inilah racun sesungguhnya dan otak yang menyebabkan rohingya di oper kesana kemari oleh negara Asean. Dan ini pula alasan kompas dan media sekular lainnya tidak senang dengan kehadiran muslim rohingya di indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun