Setelah mendengar ucapan yang membuat ku kaget tak berdaya dan tak mampu berucap satu patah katapun. Aku mulai bangkit dan beranjak dari mimpi burukku, aku tersadar setelah 2jam pingsan tapi ada yang membuatku merasa nyaman ada tangan hangat yang menggenggam erat tangan kecilku, seolah-olah tak ingin membiarkan ku pergi dari sisinya. Dengan senyumnya yang merekah ketika melihatku membuka mata dan ku gerakkan tanganku dia pun mulai membuka bibirnya. "Kamu sudah siuman sayang? Kamu nggak baik-baik saja kan sayang?". Dengan perasaan yang masih bergejolak antara tak mampu menerima semua kata-kata yang telah terlontar dari mulutnya 2jam yang lalu. Aku hanya terdiam, aku memang marah, aku memang kecewa, aku memang sedih, semua perasaan bercampur mengaduk-ngaduk hatiku. Tetesan air matakulah yang mampu menjawab ini semua. 30menit kami hanya saling diam dia menatapku dalam-dalam, tapi aku hanya mampu untuk menundukkan kepala sambol menahan nafas yang tersengal-sengal. Mungkin dia mengetahui apa yang ku rasakan tapi dia tak mampu untuk memahaminya. Ingin aku memaki dia sepuas hatiku, memukulnya, bahkan membunuhnya tapi untuk manatap matanya pun aku merasa tak sanggup. Perlahan dia melepaskan tanganku sambil sambil mencium keningku, aku tak tau apa maksud dari itu semua. Sosok laki-laki itu berbalik dan berjalan menjauhiku. Aku masih bertahan diatas tempat tidurku dengan bantal yang berlumuran tetesan air mata. Hari ini masih diselimuti kepedihan, dua hari, tiga hari, empat hari, dia tak menampakkan senyum indahnya di depan mataku, tak ada 1 pun sms dari dia yang masuk dalam inboxku, tak ada 1 pun panggilan masuk dari dia dihpku, dengan keputusasaanku aku pun sudah bisa mengartikan ini semua, 3tahun waktu kebersamaan kami hanya terbuang sia-sia gara-gara agnes, laki-laki multitalenta itu. 4 hari aku hanya mengurung diri dikamarku, memandangi album-album foto kenangan kami berdua. Dihari yang ke-empat setelah dia meninggalkanku aku mencoba untuk bangkit dari kepedihanku, aku mencoba untuk keluar dari kamarku menatap indahnya senja di sore ini. Aku benar-benar sendiri, duduk di bawah pohon mangga di depan rumahku ditemani secangkir teh hangat. Lagi-lagi ku teringat akan dia, ldan lagi bayangan dia seakan-akan berada disampingku. Sangat sulit bagiku untuk melupakan semua kenangan manis, pahit kebersamaan atara aku dan dia. Sungguh Rasanya ingin menangis lagi tapi ku coba untuk menahan ini semua. Tiba-tiba dari seberang jalan aku melihat dia dengan motor maticnya warna ungu, helm warna ungu dan memakai kemeja kota-kotak warna ungu pemberianku saat ulangtahunnya kemarin. Sungguh aku merasa sangat bahagia dari kejauhan dia melontarkan senyumannya yang merekah yang telah lama aku rindukan. Semakin lama dia semakin mendekat, tapi siapa wanita yang duduk dibelakangnya. Sepertinya aku pernah melihatnya, tapi dimana? kapan? aku pun mencoba untuk mengingat siapa wanita itu. Tiba-tiba tubuhku merasa lemas, tak berdaya, untuk berdiri pun aku benar-benar tak sanggup, ternyata wanita di belakangnya itu adalah laki-laki multitalenta yang dia pilih. Tatapan mataku menjadi kabur semua berubah menjadi hitam aku tak mampu lagi menatap wajahnya semuanya hilang. “bersambung” “mohon maaf apabila ada kesamaan nama, tokoh, karakter ataupun peristiwa, dan pihak-pihak yang merasa tersinggung dengan tulisan saya. terimakasih” by : iyah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H