Entahlah, barangkali itu hanyalah bentuk kekurangan atau mencari rasa kepuasan akibat kesejahteraan yang tidak merata dinegara yang tercinta.
Kesalahan sederhana yang ditampakkan, kita melihat bahwasannya orang-orang penerima hak-hak demikian malah menunjukan identitasnya dimedia sosial
Dan kita pahami juga bahwa media sosial itu seperti sebuah kolam. Melemparkan pancingan pasti saja akan diserbu ikan-ikan.
Begitupun manusia, dengan beragam citra dan perspektifnya mereka menampakkan semuanya. Seperti gaya hidup, keluh kesah bahkan sampai mencari keributan.
Kita tahu bahwa semua orang memiliki kebebasan berekspresi. Namun, mengapa dengan beragam hal demikian kita tidak memakluminya saja, karena semuanya sedang mencari bahagia.
Mungkin realita yang penat menjadikan beberapa orang terobsesi untuk mengedepankan nafsunya dibanding akal sehatnya. Coba kita kaji, beberapa trend dan fashion orang-orang memaksakan dengan berbagai cara.
Kembali lagi pada bahasan kip-k, sampai kapan kecemburuan pada tatanan sosial ini akan selesai.
Benturan antar kelas menengah hanya menjadi bahan tertawaan orang-orang yang lebih atas. Sedemikian rupa, kenapa kita tidak menguliti orang-orang yang diatas saja?
Percayakah bahwa orang miskin dilarang melawan orang kaya?ataukah kelas menengah yang kebingungan terhimpit dan menjerit kebingunan?
Yap, sebuah diskursus menarik bagi orang-orang modern hari ini. Dihadapkan dengan modernisasi yang malah membuat merengek manusia-manusianya.
Menjerit dibelakang layar media, menjilat ketika bertemu dengan yang bersangkutannya.
Luluh sudahlah semua itu, entahlah semoga tidak menjadi kucing yang bersembunyi pada ketek anjing.
Terimakasih sobat.. salam sehat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H