Ada beberapa hal menarik yang ingin dituliskan.
Isinya, cenderung sedikit merenungkan muatan isi kepala lalu mencoba mencurahkan kedalam tulisa media.
Dalam proses melaksanakan syari'at, kompas moral kita tertuju pada Baginda Rasulullah Saw dan para sahabat serta Tabiu't-Tabi'in.
Orang-orang modern dibingungkan dengan roda perputaran kehidupan terlebih dalam kebudayaan.
Dalam hal ini, agama islam padahal sangat memberikan kemudahan terhadap konsep perubahan zaman.
Agama samawi menjadi sesuatu yang dianggap "kolot/kuno". Padahal, jika dikaji lebih dalam kolot/kuno itu sendiri bukan berarti sesuatu yang sudah tidak layak dipergunakan. Namun, hal seperti itu adalah sebuah mutiara berharga yang harus terus dijaga dan dipertahankan(selagi tidak melanggar syari'at).
Pernah berpikir bahwa tradisi sedekah bumi adalah hal yang syirik?
Pernah berpikir bahwa sekolah modern adalah hal yang bid'ah?
Pernah berpikir bahwa tahlilan itu tidak berguna?
Atau terpikirkan beberapa hal lainnya, puasa adalah kebiasaan hindu,menyambut tamu dengan baik adalah tradisi yahudi??
Jika kita kaji kembali, hal-hal demikian adalah fungsi bagaimana otak/akal manusia itu terus berpikir. Tetapi, bukan berarti pikiran tersebut harus menolak terhadap perubahan atau beranggapan terhadap sesuatu yang dilebih-lebihkan sehingga jauh dari nilai kemaslahatan umat. Hal tersebut adakalanya bisa kita sebut kedalam sebuah akulturasi. Akulturasi tentang bagaimana Islam bisa menyebar dan menjadi agama mayoritas dan eksis hingga hari ini.