[caption id="attachment_388664" align="aligncenter" width="273" caption="ilustrasi"][/caption]
Dekade pertama era millenium ditandai dengan semaraknya jalan-jalan layang, baik antar kota maupun dalam kota itu sendiri. Jalan tol dibangun dimana-mana. Bukit-bukit batu ditembus. Lembah-lembah dipancang tiang-tiang raksasa. Hasilnya, jarak antar kota menjadi pendek. Kebutuhan terhadap kendaraan roda empat meningkat.
Tahun enam puluhan, sebagai bangsa yang baru kemaren merdeka, layaknya Indonesia, rakyat Korea masih dihinggapi rasa kurang percaya diri. Mitos, bahwa bangsa yang pernah dijajah tidak akan mampu berdiri sejajar dengan bekas penjajah, masih mewarnai kehidupan rakyat.
Korea, yang berada dibawah penjajahan Jepang selama 35 tahun dan merdeka pada tanggal 15 Agustus 1945, hanya selisih 2 hari dengan kemerdekaan Indonesia, berhasil menghancurkan mitos tersebut.
Adalah "Gyeongbu Expressway " sebuah perusahaan jalan tol yang mencoba mendobrak mitos tersebut. Ketika perusahaan ini muncul, saat itu kondisi masyarakat masih sangat buruk. Perusahaan ini kemudian mengambil inisiatif, mengatasi semua kendala dan hambatan. Tahun betikutnya, "Korea Expressways Cooperation" (KEC) terbentuk. Untuk muncul sebagai perusahaan kelas dunia, KEC butuh 30 tahun.
Mitos ketidak mampuan Korea untuk membangun ekonomi secara pesat dan mandiri segera lenyap. Pembangunan ekonomi nasional mencuat dengan tajam. Kesejahteraan dan kemapanan masyarakatpun akhirnya wujud menjadi kenyataan.
"Kami berkomitmen untuk menjadi penyedia layanan jalan raya kelas dunia, dengan konstruksi dan pemeliharaan jalan tol yang baik, serta dengan menyediakan pelayanan transportasi berkecepatan yang aman, nyaman dan memuaskan. Saya dengan hormat meminta minat dan dukungan rakyat untuk mencapai misi ini. (Presiden Kim Dae Jung).
Ternyata, bersamaan dengan misi ini, mereka juga berencana menjadikan Korea sebagai penyedia kendaraan yang akan melewati jalan-jalan tol yang segera akan dibangun tersebut.
Misi itu kini menjadi kenyataan. Perusahaan-perusahaan konstruksi jalan tol milik Korea bertebaran di berbagai negara. Dari sekian banyak negara di Timur Asia, termasuk negara-negara Asean, baru otomotif Korea yang mampu merancah deretan mobil-mobil Jepang yang mendominasi jalan di kota-kota besar dunia.
Selama 5 hari menelusuri jalan-jalan kota Seoul, penulis hanya melihat beberapa unit kendaraan produk Eropah ataupun Amerika, sementara produk Jepang yang jumlahnya tidak melebihi bilangan jari, hampir tak terlihat di tengah kerumunan produk lokal.
Jalan-jalan layang hasil konstruksi perusahaan dalam negeri, dipenuhi kendaraan hasil karya anak bangsa itu sendiri. Hyundai, KIA dan Daewoo betul-betul menjadi tuan rumah di negaranya sendiri. Jalhaessoyo Korea!