Kesakitan dan penderitaan,itulah yang saya rasakan hampir 15 tahun lamanya. Berawal ditahun 2003,saat lagi kerja di depan komputer,tiba-tiba leher bagian kanan sakit dan menjalar hingga kepala menyerang secara mendadak.Rasa sakit luar biasa yang belum pernah saya rasakan sebelumnya.Sempat terpikir rasa takut,khawatir pembuluh darah akan pecah saking sakitnya.Akhirnya saya diajak teman ke poliklinik yang ada di perusahaan tempat kami bekerja.
Saat itu,usia saya memasuki tahun ke 33,artinya belum tua-tua amat.Tahun 2003 merupakan tahun ke delapan saya bekerja. Saya bekerja di salah satu perusahaan otomotif terbesar di Indonesia,tepatnya departemen maintenance.Maintenance mempunyai tugas  merawat peralatan untuk proses pembuatan mobil.Disamping itu juga bertanggung jawab agar proses produksi bisa berjalan dengan lancar dan memperbaikinya jika terjadi kerusakan.Kalau berhenti artinya akan ada kerugian besar yang dialami perusahaan.
Hal itu juga menjadi salah satu faktor  pemicu stress yang tinggi,yang menimbulkan terjadinya sakit kepala.Awal mulai bekerja di era tahun 1995,kondisi saya masih sehat seperti saat kuliah dulu.Namun semenjak tahun 2003,mulai mengalami dan menderita sakit kepala yang berkepanjangan.
Saat serangan melanda,rasa tidak enak dan kurang nyaman saya rasakan.Dari leher belakang ke arah telinga, hingga separuh kepala kanan,rasa sakit yang amat sangat saya alami.Pembuluh darah di leher tegang dan saya hanya bisa duduk lemas sambil mengelus-elusnya.Saat kondisi seperti itu membuat saya tidak bisa berpikir selama kerja.
Dalam satu minggu,sakitnya bisa 2 hingga 3 kali. Awalnya saya anggap hanya sakit kepala biasa.Seperti orang kebanyakan,saya hanya minum obat penghilang rasa sakit yang dijual di warung.Setiap hari,saya membawa obat pereda nyeri di kantong saku,jaga-jaga kalau kambuh.
Namun karena kejadiannya yang cukup sering,akhirnya saya putuskan untuk periksa ke dokter.Seperti biasa,saya pun diperiksa tekanan darah,kolesterol dan kondisi trigleserida.Hasilnya hanya trigleserida yang melebihi  ambang batas.Dari diagnose dokter,trigleserida dan stress dibilang pemicu sakit kepala yang saya derita.
Dari pola hidup yang saya jalani,saya menyadari sangat wajar trigleseridanya bermasalah.Olah raga yang kurang,pola makan yang tidak terkontrol dan kebiasaan lain yang masih jauh dari "anggapan baik".
Perubahan pola hidup mulai terjadi sejak memasuki dunia kerja.Pulang malam,terkadang sabtu dan minggu kerja,membawa kemalasan untuk berolah raga.Berbeda ketika sekolah,olah raga secara rutin, sehingga kondisi badan sangat prima dan hampir tidak pernah sakit.Kalau toh sakit,paling hanya pilek atau batuk.
Atas saran dokter,saya mulai rutin minum obat yang diberikannya,berolah raga dan sedikit mengatur pola makan.Seiring berjalannya waktu,apa yang saya lakukan masih belum membuahkan hasil seperti  yang diharapkan.Sakit kepala masih sering kambuh, walau di saat tidak ada beban pikiran.Terkadang pikiran liar saya sempat berpikir ke hal yang menakutkan,"jangan-jangan tumor otak" pikir saya.
Memasuki tahun 2006,atas saran dokter perusahaan,akhirnya dirujuk ke rumah sakit terkenal di Jakarta,dengan dokter saraf paling top di Indonesia.Dokter yang menangani saya adalah seorang Profesor ahli saraf terkenal Indonesia.Beliau seorang dokter yang pernah menjadi ketua tim dokter kepresidenan di era tahun 1999-2001.
Di rumah sakit itu,saya untuk pertama kalinya mengenal MRI.Hampir 2 jam lamanya saya di dalam ruangan MRI.Dengan rasa was-was menunggu hasil diagnosa dari dokter,saya terus berdoa agar apa yang saya bayangkan tidak menjadi kenyataan. Akhirnya Prof ahli saraf itu menjelaskan ke saya bahwa dari hasil MRI,ada pembuluh darah ke arah kepala kondisinya tidak stabil,semacam migrain katanya.Sayapun merasa bersyukur mendengarnya,karena apa yang saya takutkan tidak terjadi.