Mohon tunggu...
Irwan Kusumah
Irwan Kusumah Mohon Tunggu... -

Logika hanya mengantarkan kita dari A menuju B, Tapi imajinasi mengantarkan Kita dari A sampai tak terhingga...

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

“Korsel” di Pasar Malam, Hiburan Murah Meriah yang Mulai di Tinggalkan

23 Maret 2014   09:06 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:36 834
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13955147941441236117

[caption id="attachment_327914" align="aligncenter" width="400" caption="wahana permainan kincir di pasar malam Jalan Kebaktian Kiaracondong (22/3/2014) jam 20.25 wib."][/caption]

Korsel begitulah sebutan orang-orang untuk menyebutkan suatu pasar malam yang diramaikan oleh wahan permainan seperti kincir, ombak banyu, kuda berputar dan permaian lainnya. Tidak hanya itu kemeriahan pasar malam juga ikut di ramaikan oleh pedagang yang menjual aneka makanan, minuman, aksesoris henpone hingga pedagang baju yang di jajakan dalam stand bertendakan terpal.

Dahulu pasar malam menjadi salah satu pilihan alternatif hiburan murah-meriah bagi masyarakat, tidak hanya orang tua, para muda mudi pun berdatangan ke pasar malam untuk sekedar nongkrong atau pun menikmati permainan yang ada di pasar malam. Selain wahana permainan yang beraneka ragam dengan tarif untuk menikmati setiap wahananya pun relatif murah sekitar Rp 5.000 hingga Rp.8.000 untuk sekali menikmati wahana permainan.

Namun kini pasar malam seperti kehilangan peminatnya, saya mencoba mengunjungi pasar malam yang berada di Jalan Kebaktian Kiaracondong, saya tiba di pasar malam itu sekitar pukul 20.15 wib, suasana tampak sepi beberapa wahana permainan pun terlihat tak bergarak kaku karena tidak ada yang memakai permainanya, hanya ada beberpa pengunjung saja yang terlihat pada malam itu. Setelah 30 menit saya berada di pasar malam teresbut kira-kira pukul 20.45 wib para pedagang makanan dan aksesoris henpone mulai membereskan dagangannya dan mungkin berniat untuk lekas pulang.

Padahal ketika saya mengunjungi pasar malam tersebut saya sengaja mengunjunginya di hari sabtu dengan alasan ingin melihat keramaian yang ada di pasar tersebut, tapi ternyata pasar malam itu sudah mulai di tinggalkan peminatnya. Pasar malam memang tidak selalu menetap di satu tempat, pasar malam memang kerap berpindah-pindah lokasi dan hanya bertahan di satu tempat tersebut tidak kurang dari 2 bulan. Tapi saya pernah juga sengaja melihat pasar malam yang berada di lokasi lain di sekitaran kota bandung yang tampak sama, sama-sama terlihat sepi.

Saya jadi bertanya-tanya pada diri sendiri, apakah masyarakat kita sudah mulai tidak mau mengujungi pasar malam yang terbilang masih tradisonal dengan segala keterbatasan hiburan dan wahan permainanya masih itu-itu saja. apa masyarakat kita lebih senang mengunjungi wahan permainan yang moderen seperti yang ada di Trans Studio Mall atau di Dufan. Kalau semua masyarakat kita lebih senag mengunjungi Mall yang moderen lalu apakabarnya pasar malam yang masih tradisonal di kemudian hari?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun