Mohon tunggu...
Iwan Zahar
Iwan Zahar Mohon Tunggu... -

Iwan Zahar, penulis buku 11 Kiat Jitu Fotoggrafer profensional, pernah mengajar fotografi di Univ Malaysia Kelantan, penulis buku Catatan Fotografer, bukufoto 12 KM dan 11 Kiat Jitu Fotografer Profesional. Pemenang beberapa lomba foto Internasional PX3, Cangkarukbukufoto. Eksebisi foto bersama fotografer Vietnam di Balai Soedjatmoko, Solo. Penulis jurnal ilmiah pembelajaran foto di jurnal SCOPUS dan IJOCA (Komik) Prof John Lent.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Memotret Acara Perang Air (Cian Cui) di Selat Panjang

7 Juli 2017   19:46 Diperbarui: 7 Juli 2017   19:53 419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber: dok.pribadi
sumber: dok.pribadi
sumber: dok.pribadi
sumber: dok.pribadi
sumber: dok.pribadi
sumber: dok.pribadi
Fotografer Fani Indra asal Selat Panjang ini hampir merekam kehidupan di tempatnya.  Pendekatan fotografer jalanan ini mengambil kehidupan sehari-hari termasuk juga atraksi bermain perang air (Cian Cui). dokumentasi ritual yang berlangsung di Vihara Sejahtera Sakti atau Tua Pe Kong, tempat peribadatan kaum Tionghoa yang dibangun sekitar 1868. Juga sebuah pasar tradisional, terkenal sebagai "Pasar Serampangan". 

Di tempat ini para pengunjung dapat berbelanja mi sagu khas Selatpanjang dan sekitarnya, untuk diolah lebih lanjut menjadi mi goreng tabur ikan bilis (teri  Fani Indra sering belajar dengan mencoba gaya baru yang dipelari dari maestro fotografer jalanan seperti Henry Cartier Bresson dan Bruce Gilden.   Penggunaan momen puncak ala HCB dan permainan lampu kilat Bruce Gilden mewarnai karyanya.   Pemotretan dengan posisi dari bawah sedikit  dan posisi orang meloncat terlihat ekspresinya bebas.   

Warna dasar pada foto-foto seperti merah, hijau, cyan dan biru terlihat pada foto-foto di Selat Panjang.  Warna dasar ini banyak biasa digunakan di daerah pantai.  Permainan geometris warna antara bapak, sepeda dan tembok warna hijau, merah dan biru.   Hal-hal detail seperti tato di kaki wanita, potongan rambut,   Permainan geometris sebagai latar belakang terlihat pada ibu di pasar, bapak dengan sepeda, anak kecil dengan lampion.   I hate pseudo paintings (lukisan palsu dan fotografi palsu) kata Edward Weston,  Foto jalanan Fandi ini bukan pseudo paintings, dan menarik dari segi kejujuran tanpa perlu banyak editan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun