Buku biografi tentang kegalauan seorang Eisntein sebagai seorang ahli fisika bisa jadi tidak banyak diketahui orang lain. Namun saat ini kata galau saat ini sering dipakai untuk menggambarkan keadaan seseorang yang tidak menentu. Biasanya ini berkaitan dengan hubungan asmara antara dua insan, dan salah satu penyebnya adalah saling bertentangannya pasangan dengan kegemaran atau pekerjaan yang dijalani.
Ternyata hal itu bukan hanya terjadi pada kita, tapi Einstein pun pernah mengalaminya. Cerita ini saya dapatkan di buku biografinya. Enstein yang terkenal jenius itupun mengalami kegalauan saat mencari pasangan hidupnya. Ya, dalam buku biografi Einstein, Kehidupan dan Pengaruhnya bagi Dunia, yang ditulis oleh Walter Isaacson tampak bagaimana seorang Enstein mengalami kegalauan dalam hubungan asmaranya.
Marie Winteleer yang cantik dan disukai oleh orangtua dan seluruh kerabat Enstein membuat sang jenius ini berpikir ulang untuk menjalin hubungan serius dengannya. Ya, sebagai seorang pecinta ilmu yang sering mengklaim dirinya sebagai seorang penyendiri, seakan gaya hidup Einstein bertentangan dengan Winteleer yang penuh gemerlap, mungkin ini juga pengaruh dari keluarganya yang bangsawan.
Namun yang paling mengusik Einstein adalah bagaimana dalam beberapa kali menulis suratnya sang wanita menulis betapa dia tidak sepadan dengan Einstein. Bahkan dalam salah satu suratnya dengan terus terang dia mengatakan bahwa sebagai seorang guru ia merasa terpaksa belajar lagi sebelum mengajar, hanya karena tidak ingin terlihat bodoh di depan para siswanya. Inilah mungkin yang semakin membuat Enstein tidak klop dengan wanita yang selama ini rutin melakukan surat-menyurat dengannya.
Dalam Buku biografi tentang kegalauan seorang Eisntein ini pun diceritakan bahwa rasa galau Einstein kian menjadi saat selanjutnya ia dekat dengan teman sekelasnya, Mileva Maric, seorang wanita keturunan Serbia yang lebih tua tiga tahun dari Einstein. Mileva dikaruniai otak yang cerdas, tapi penampilan fisik yang tidak se-menarik Marie Winteler.
Apa yang ada pada diri Mileva ini merupakan daya tarik bagi seorang Enstein. Keduanya mempunyai karakter yang sama, seorang pembelajar dan penyendiri yang serius. Ini yang membuat Einstein merasa nyaman berada lama dengan kekasih barunya.
Namun apa yang dirasakan Einstein ini tidak diterima dengan tangan terbuka oleh orangtuanya. Mereka menganggap Mileva tidak sepadan dengan Einstein. Karena itulah Einstein harus melakukan berbagai cara untuk meyakinkan orangtuanya akan kelebihan kekasih barunya. Sebagai anak yang menghormati orangtua, Einstein tetap menjaga hubungan baiknya dengan tetap rutin mengunjungi mereka.
Dan pada akhirnya pun ia bisa menikah dengan Mileva Maric, seorang yang pada awalnya tidak diterima di lingkungan keluarganya namun mempunyai peran yang besar pada awal karier Eisnten sebagai ahli fisika bertaraf Internasional. Ini mungkin sulit terjadi jika ia tetap menjalin hubungan dengan kekasih sebelumnya.
Ini adalah bukti kegigihan Einstein dalam memperjuangkan dua hal yang ia cintai; wanita dan pekerjaannya. Dengan caranya sendiri ia bisa mendapatkan apa yang diperjuangkannya itu. Ini juga bisa menjadi pelajaran bagi kita yang mengalaminya, karena tidak jarang seseorang harus dihadapkan dengan dua pilihan; pasangan atau pekerjaan. Dan dalam kasus Einstein, ia termasuk yang beruntung, karena bisa mendapatkan keduanya. Inilah penggalan cerita dari sebuah Buku biografi tentang kegalauan seorang Eisntein.
Sumber: Penulis Biografi Indonesia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H