[caption id="attachment_248962" align="alignnone" width="240" caption="Sumber gambar: Google Image"][/caption] “Bila sejarawan mulai membisu, hilanglah kebesaran masa depan generasi bangsa.” Ahmad Mansur Suryanegara Ungkapan tersebut memang pantas terus dideungkan hingga saat ini. Betapa tidak, kita harus mengakui berapa banyak konflik terjadi disebabkan oleh perbedaan sejarah yang dianut suatu kelompok. Tidak hanya dalam hal kebangsaan, dalam agama pun keautentikan sejarah menjadi masalah yang menyeret golongan tertentu pada konflik yang berkepanjangan. Ini berarti sejarah bukanlah bahasan yang bisa disajikan secara sembarangan. Harus ada kejujuran dalam penulisannya. Jika pun nanti kejujuran itu mungkin merugikan pihak lain, maka penyajiannya harus lebih mudah dipahami. Agar tidak ada konflik lagi yang timbul akibat kesalahpahaman pembaca dalam membaca teks buku yang ditulis. Misalnya dalam buku Api Sejarah yang ditulis oleh Ahmad Mansur Suryanegara (AMS), disana dituliskan secara gamblang tentang sejarah Indonesia yang pada awalnya sangat bertalian dengan Islam. Bahkan dalam setiap periode perkembangan bangsa, Islam –dalam hal ini golongan santri- tidak bisa dihilangkan peran besarnya. Api sejarah ditulis dengan sangat kreatif. AMS layak disebut sebagai penulis sejarah kreatif, karena ia bisa menyajikan data yang lengkap untuk memperkaya referensi bukunya yang berhasil memperoleh penghargaan sebagai “Buku Islam Terbaik Kategori Non-Fiksi dewasa.” Buku yang pada sampul depannya bertuliskan “Buku yang mengubah drastis pandangan Anda tentang sejarah Indonesia” ini memang layak dijadikan rujukan untuk penulisan sejarah di Indonesia. Bagaimana AMS mendapatkan data-data dai berbagai sumber ini memang layak diapresiasi. Bukan hanya menuliskan bagaimana peran Islam dalam kemerdekaan Indonesia, Tapi menerangkan bagaimana awal penyebaran Islam oleh Rasulullah Muhammad SAW hingga akhirnya berkembang dan berpengaruh di Indonesia. Ini adalah kelebihan seorang AMS sebagai penulis sejarah kreatif Indonesia. Ia juga dianggap penulis sejarah kreatif karena mampu mengangkat sejarah dari sumber-sumber yang didapatkannya dari seorang ulama yang mumpuni. Beliau adalah Raden Kiai Haji Abdullah bin Nuh, yang oleh AMS dikenal sebagai ulama yang bukan hanya menguasai kitab kuning semata, tapi juga sebagai pelaku sejarah yang mampu menuliskan sejarah sebagai ilmu (history as written) dan sejarah sebagai peristiwa (history as actually happened). Sumber: iwanwahyudi.net
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H