Menurut saya, pepatah atau gubahan klasik 'Tong Kosong Nyaring Bunyinya' akan selalu berlaku sepanjang zaman. Hal ini saya rasakan kembali di era teknologi seperti sekarang ini. Dahulu, tokoh yang memainkan peran ini bisa langsung kita lihat saat mereka umbar bicara. Namun, kemajuan mendukung peran tokoh ini tidak lagi lewat ucapan melainkan kritikan. Tak ada yang salah dengan kritik, tapi jika asal disampaikan tanpa ada landasan yang benar tentu akan menjadi fitnah dan kebohongan.
Bahkan, tak sedikit yang ikut-ikutan berkomentar hanya berbekal selentingan - yang belum tentu juga bisa dipertanggungjawabkan. Anehnya, tokoh-tokoh ini memainkan perannya dengan percaya diri, tanpa sadar cara berpendapatnya yang salah bisa menampakkan kebodohan diri.Â
Selama 6 bulan terakhir, saya sengaja melakukan obervasi tentang beberapa komentar yang ada di media online dan media sosial. Semestinya, komentar ini bisa terklasifikasikan menjadi dua. Kalau bukan saran, berarti kritikan. Menariknya, semakin berganti bulan justru ada perubahan signifikan untuk dua kategori ini. Saran menjadi lebih sedikit, tapi kritik justru terpecah jadi dua, yaitu kritik cerdas dan bukan.Â
Kritikus cerdas biasanya menyertakan solusi selain mengevaluasi kekurangan yang ada. Biasanya, kelompok ini merupakan orang yang sudah pernah mengalaminya sendiri, seperti bagaimana memainkan peran sebagai pemimpin dan beratnya menjalani proses menuju kesuksesan. Sebaliknya, kritikus yang kurang cerdas, cenderung menjatuhkan bahkan mencibir tak karuan. Walhasil, kritikannya hanya sebatas omong kosong. Mending ada solusi, kadang apa yang disampaikan juga belum tentu sesuai dengan apa yang sedang diberitakan.Â
Parahnya wabah kritikan tak cerdas ini kian lama semakin merajalela. Entah, apakah ini bisa dikatakan kemunduran pola pikir maupun bukan, yang jelas saya tidak setuju bila Indonesia yang disalahkan. Bodoh atau pintar, miskin atau makmur, maju atau mundur, bagi saya itu adalah urusan personal, bukan semata tanggung jawab negara, presiden apalagi nenek moyang.Â
Ego yang tinggi kadang membutakan akal cerdas, hingga tak sadar bila sudah melakukan kebodohan. Padahal, sejatinya cerdas tidaknya sesorang juga bisa diamati dari setiap kata yang dituliskan. Maka jangan pernah lupa, bila pepatah 'Tong Kosong Nyaring Bunyinya' tetap berlaku sampai sekarang. Bukan semata lewat ucapan, namun bisa juga lewat tulisan.
Mari merdekakan diri dengan bijak memilah tulisan, karena apa yang kita tulis mencerminkan pribadi kita di mata banyak orang. :) #RI70
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H