Mohon tunggu...
Muhammad Ichwan
Muhammad Ichwan Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Make health as your needs

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Rahasia Pulau Lumograph

3 November 2014   03:23 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:51 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Seperti seekor kuda tak berpenunggang, Pak Tom berjalan diatas pasir hitam disambut suara gulungan ombak yang  berderu-deru. Ia melihat ke langit,  bulan diatasnya dan bulan itu kembali menatapnya dan dijadikan pelitanya di gelap gulita pada saat itu. Rasa bingung dan sedikit takut sempat singgah dibenaknya karena dia tidak tahu sedang berada dimana di waktu malam yang sunyi senyap itu. Langkah demi langkahnya telah terhitung menjauh dari bibir pantai. Pak Tom seakan berjalan tanpa tujuan, mencari yang tak tahu dicarinya.  Pak Tom melihat sekeliling, yang dilihatnya hanya beberapa batang pohon kelapa yang menjulang tinggi dan menghadap ke laut. Ia pun terus melangkah menerobos kegelapan malam yang sepi. Seorang kakek Tua berjalan mendekatinya tanpa Pak Tom ketahui kakek Tua itu berada di belakangnya dan memegang bahunya.

Suara ayam jantan telah membahana di rumah Pak Tom pertanda sang surya mulai mengintip di ufuk timur.

Henry putra Pak Tom mulai membangunkan ayahnya

Ayah bangun yah !“ perintah Henry sambil mendorong-dorong ayahnya.

Suara gebrakan pintu pun terdengar

Henry ayo mandi nak ! kamu harus sekolah pagi ini“ kata Ibu Tom sambil menghadap ke muka Henry.

Baiklah bu” jawab Henry diikuti dengan menurunkan kedua kakinya dari tempat tidur.

Pak Tom pun berjalan menjauhi tempat tidurnya. Ia pun duduk di kursi kayu yang hampir rubuh berwarna coklat dan menyambar dua pisang goreng ke mulutnya. Henry mengguyur badannya dengan air yang dia ambil dari sumur pagi tadi di dekat rumahnya. Dilanjutkan memakai sabun dan menggosok gigi. Ibu Tom menyiapkan pakaian sekolah Henry dan meletakkannya di atas tempat tidur.

Bu . . . . sini dulu sebentar bu !“ panggil Pak Tom sambil memegang secangkir kopi hangat ditangannya lalu meniupnya sebelum meneguk sedikit. “Ibu sepertinya kapalku tempat bekerja akan berlayar di sekitar perairan pulau Fernia selama 6 hari“ kata Pak Tom.

Tapi kan Ayah disekitar pulau itu sangat rawan perairannya, apalagi baru-baru ini telah dikabarkan sebuah kapal hilang dan belum ditemukan hingga sekarang“  jelas Ibu Tom kepada suaminya itu.

Henry bergegas pergi ke sekolah disertai mencium tangan kedua orang tuanya

Ibu dan Ayah aku pergi dulu yah“ kata pamit yang diucapkan Henry dengan 2 pisang goreng ditangannya.

Hati-hati yah nak“ kata Ibu Tom mengantar Henry di depan pintu. Ibu Tom membalikkan badannya dan duduk berhadapan Pak Tom yang sepertinya sedang memikirkan sesuatu.

Bu kok akhir-akhir ini perasaan saya tidak enak “ curhat Pak Tom sambil menggaruk-garuk kepalanya.

Mungkin karena Ayah kecapean kali kan pekerjaan Ayah dibulan ini meningkat ditambah lagi Ayah kurang istirahat“ respon Ibu Tom.

Setelah mendengar jawaban dari Ibu Tom ia merasa lega dan mengambil handuk serta menenangkan pikirannya akibat mimpi yang sempat membimbangkannya dengan mandi.

Ibu Tom menyiapkan peralatan kerja suaminya termasuk pakaian dan berbagai macam kebutuhan lainnya. Maklum saja pekerjaan Pak Tom sebagai ABK (Anak Buah Kapal) dikapal besar yang terkenal hasil tangkapan ikannya serta mahirnya tenaga-tenaga ahli yang bekerja dikapal itu termasuk Pak Tom tentunya.

Pak Tom memakai pakaian yang telah disiapkan oleh IbuTom dan memasukkan barang-barang bawaannya ke dalam tas ranselnya. Kehidupan dari keluarga Pak Tom sangat sederhana walupun begitu, mereka tidak pernah mengeluh dalam menjalani kehidupan yang serba minimalis. Pak Tom berjalan menuju pintu rumahnya yang terbuat dari tripleks yang setengahnya telah habis digerogoti rayap.

Ibu Tom mengikuti suaminya dari belakang dengan langkah yang cukup pelan.

Ibu aku pergi dulu yah. Jaga baik-baik anak kita“ kata Pak Tom dengan menatap cukup perhatian istrinya.

Iya yah kamu juga hati-hati disana“ jawab Ibu Tom dengan menatap balik suaminya.

Ucapan itu selalu terdengar di depan rumah keluarga Tom ketika sang kepala keluarga hendak berlayar. Tetapi tak seperti biasanya Ibu Tom lebih memberatkan hatinya pada keberangkatan suaminya kali ini. Usai meminta pamit kepada Ibu Tom, ia pun berjalan menjauh dari pekarangan rumahnya dengan langkah yang cukup lambat. Mata Ibu Tom selalu mengiringi kepergian suaminya hingga tak terlihat lagi dengan setetes air mata kecil membasahi pipinya.

Pak Tom menaiki mobill open cup berwarna hitam menuju ke Pelabuhan. Mobil open cup telah menghentikan lajunya dan suasana pelabuhan ramai tak seperti biasanya. Kedua bola mata Pak Tom kesana kemari mencari teman-teman seprofesinya tetapai belum juga menemukannya.

Hai Tommy !“ sapaan Hansel sahabat Pak Tom sewaktu kecil hingga sekarang .

Mereka berdua berkerja di dalam satu perusahhan kapal yang sama dan seprofesi yaitu ABK.

Hai kawan apa kabarmu hari ini ?“ tanya Pak Tom setelah membalikkan badannya.

Baik-baik saja. Oh iya apakah kamu sudah siap berlayar ke sekitar perairan pulau Fernia ?“ tanya Hansel sambil melihat keadaan sekitar mereka.

Iya aku sudah siap tetapi kayaknya cuaca kali ini tak merestui kita untuk berlayar“ jawab Pak Tom dengan melihat hujan yang turun dengan deras tiba-tiba diikuti dengan tiupan angin kencang.

Hansel menadahkan tangannya kearah air hujan yang menetes dari atap dan berkata

Kayaknya perkataanmu benar sobat“.

Suasana yang sedikit hening di antara mereka bersamaan turunnya hujan yang cukup keras terpekakan dengan suara yang menggelegar dari petir yang menyambar laut berwarna hijau.

Henry menapakkan kakinya di halaman sekolahnya yang dipenuhi rumput-rumput liar. Kepala sekolah mulai beraksi dengan membicarakan kebersihan kelas di depan anak murid-muridnya. Henry pun segera mengambil barisan paling belakang. Tapi suara yang lantang itu harus berhenti karena turunnya hujan di atas mereka. Bunyi lonceng berdering pertanda proses belajar telah dimulai.

Anak-anak kali ini kita akan mempelajari Sejarah kepulauan negara kita yaitu Terabitia“kata Ibu Gress dengan berjalan mendekati dan meletakkan tasnya di atas meja bertaplakkan kain hijau.

Suasana dikelas itu sangat hening dan cuma suara Ibu Gress saja yang terdengar sebab murid-murid memerhatikan penjelasan dari Ibu Gress dengan seksama.

Terabitia adalah negara yang memiliki banyak pulau-pulau besar seperti pulau Solomonia, Naginia, dan yang satu lagi adalah Lumograph“ jelas Ibu Gress.

Semua anak merasa bingung dan bertanya di dalam hati mengenai penjelasan dari Ibu Gress sebab di antara pulau yang disebutkan hanya satu yang mereka belum pernah dengar yaitu Pulau Lumograph. Tiba-tiba semua perhatian anak terarah

Ibu pulau Lumograph itu berada dimana ?“ tanya seorang teman sekelas Henry yang duduk diujung sambil mengancungkan tangannya yang memegang pensil

Semuanya diam dan kembali menatap Ibu Gress. Suara sepatu Ibu Gress mulai terdengar dari belakang berjalan ke arah depan.

Banyak orang mengatakan pulau itu seolah dikutuk dan menghilang dari peradaban selama-lamanya sehingga tidak satu orang pun yang pernah singgah di pulau itu termasuk ayah-ayah kalian yang berkerja sebagai nelayan tentunya“ tukas Ibu Gress kepada anak muridnya dengan senyuman kecil di bibir merekahnya.

Keheningan kembali singgah di kelas itu dan berhenti agak cepat setelah suara petir yang cukup mengagetkan mereka serta disambung suara pohon yang tumbang akibat sambaran petir tadi. Henry merasakan sesuatu pertanda yang kuat berkaitan dengan ayahnya tetapi ia hanya mengelus dadanya.

Bunyi lonceng yang panjang kembali berdering. Ibu Gress menutup pelajarannya dan meniggalkan kelas. Anak-anak keluar berhamburan dengan menggendong tas mereka. Sepanjang jalan Henry hanya menundukkan kepala dan terus memikirkan ayahnya hingga ia mencampurkan pikirannya dengan Pulau Lumograph yang baginya sangat misterius.

Sepasang sepatu Henry telah mendarat di depan rumahnya ia segera masuk dan mengganti pakaian sekolahnya.

Henry makan siangmu ada di atas meja. Ibu mau pergi kerumah tetangga mau bantu-bantu. Jaga-jaga rumah baik-baik yah“ teriak Ibu Tom dengan mengambil sandal dan menutup pintu secara cepat.

Henry duduk di atas kursi plastik berwarna putih tangannya memegang sendok dan memasukkannya ke dalam mulutnya.  Masakan Ibunya cukup menggugah seleranya  di waktu itu. Setelah menikmati sesendok terakhir makanannya Henry menegak segelas air putih. Perut Henry telah terganjal ia pun lekas membaringkan badannya di tempat tidur guna beristirahat sebentar di waktu hujan turun.

Kenikmatan yang dirasakan Henry berbanding terbalik dengan yang dirasakan Pak Tom. Kapal besar mulai melepaskan tali jangkarnya dari pelabuhan pada saat keadaan yang sangat meragukan untuk berlayar tetapi tidak pada kapal yang di ujungnya terdapat tulisan besar BATLANTIS. Kapal bercatkan coklat itu telah mengapung di tengah laut dengan badai yang sangat mengancam keadaan di saat itu. Tiba-tiba sebuah goncangan yang mengagetkan terjadi di kapal Batslantis. Setelah dilakukan pengecekan ternyata goncangan itu adalah gerakan baling-baling kapal yang menabrak batu karang dibawahnya. Kapten Brendy memanggil Pak Tom yang sedang termenung di ujung kapal sepertinya dia tidak merasakan goncangan yang kuat tadi.

Tommy tolong kamu benarkan baling-baling kapal segera dan cek segala kelengkapannya“ perintah Kapten Brendy setelah melihat keadaan dari luar kapal yang cukup rawan.

Kapal sering terayun-ayun dengan serangan ombak yang selalu datang. Hansel pun menyerahkan perlengkapan selam kepada Pak Tom dengan sedikit khawatir.  Pak Tom pun terjun ke bawah laut dengan penuh keberanian. Setelah tiba ia hanya melihat beberapa ikan kecil yang sedang berenang berkelompok dengan tampilan yang cukup indah di saat itu. Ia pun berenang ke arah baling-baling kapal dan dengan serius serta keterampilan yang dimilikinnya. Perasaan lega singgah di benaknya ketika ia telah membenarkan baling-baling kapal. Diatas kapal seseorang yang bertugas memantau keadaan di luar kapal mendatangi Kapten Brendy

Kapten ada gelombang besar setinggi 7 meter dan berjarak kurang lebih 1,4 km dari kapal jika tak menjalankan kapal ini secepat mungkin kita tersapu gelombang“ lapor lelaki  itu dengan panik serta bercucurnya keringat dinginnya.

Suasana disaat itu sangat membingunglkan karena tak mungkin kapal dijalankan jika seseorang masih ada di baling-baling kapal. Seorang pria lain mendekati Kapten Brendy dan memotong pembicaraan

Kapten Brendy sebaiknya kita harus secepat mungkin menjalankan kapal ini atau Kapten mau menenggelamkan mata pencaharian Kapten seperti ini ?“ rayu Jack dengan menghisap sebatang rokok di tangannya yang hampir habis.

Jack  adalah musuh dari  Pak Tom,  sewaktu pesta di atas kapal pernah terjadi perkelahian kecil antara mereka dan sampai saat in dendam dari Jack masih tertanam di hatinya. Kapten Brendy semakin bingung karena semua kendali kapal ada ditangannya.

Jack benar kita harus menjalankan kapal ini secepatnya ayo jalankan kemudinya ! “ keputusan dari Kapten Brendy.

Tapi Kapten . . .“ bela Hansel yang tak terima keputusan Kapten.

Tapi belum sempat ia melanjutkan pembelaannya Kapten Brendy meninggalkan ruangan dan menuju ruang kendali kapal.

Baru saja Pak Tom hendak memunculkan kepalanya di permukaan air ia kaget karena kapal itu tiba-tiba menjauh darinya. Dengan sekuat tenaga Pak Tom berenang mengejar kapal itu tapi usahanya kandas kapal itu telah sangat jauh darinya. Pak Tom sangat kecewa dengan semua ini ia sangat sedih. Suara-suara yang berderu-deru semakin mendekati  pendengarannya Pak Tom membalikkan badannya. Ia terkejut dengan yang dilihatnya. Gulungan ombak menuju ke hadapannya serta kumpulan awan hitam sepeti mendekatinya dan

aaaaAAAAA !“.

Teriak itu membangunkan Henry dari tidurnya. Henry membuka matanya. Rintik-rintik hujan telah menembus lubang-lubang kecil di atas atap seng yang berkarat dan kini membasahi pipinya. Dia terbaring lagi di tempat tidur dalam kamar orangtuanya. Matahari telah tergelincir ke arah barat dan kamar itu telah terang dengan cahaya lampu kuning yang menyinari. Henry berjalan ke arah Ibunya.

Kamu sudah bangun ayo pergi mandi sana” perintah Ibu Tom kepada Henry yang sedang menggaruk-garuk matanya dilanjutkan menguap.

Sekali lagi Henry mengguyur badannya dengan air tapi air ini telah hangat sebab Ibu Tom telah mencampurkannya dengan sedikit air panas. Disertai menggosok badannya dengan sabun. Henry keluar dari kamar mandi melintasi dapur dengan sedikit mencium tumisan kangkung buatan Ibunya.

Pak Tom meraba-raba disekitarnya dirasakan butiran-butiran pasir yang mengenainya serta gulungan ombak kecil yang sesekali mengenai kakinya. Dia berdiri dan membersihkan badannya dari pasir yang menempel. Pak Tom melihat keadaan yang gelap mencekam suara bunyi burung yang melewatinya dan gulungan ombak diwaktu yang sunyi itu. Ia melihat ke langit hitam, bulan diatasnya dan kembali menatapnya dan dijadikannya pelita disaat gelap gulita. Pak Tom bertanya-tanya di dalam hati berusaha mengingat yang telah dilihatnya dalam mimpi, tetapi yang muncul kembali hanya batang-batang pohon yang menjulang tinggi dan menghadap ke laut. Ia pun sadar bahwa apa yang dilihat dalam mimpinya telah terjadi di atas pasir pantai yang membuat kedua kakinya cukup dingin. Ia pun terus menerobos kegelapan hingga tak menyadari seseorang mendekatinya dan memegang bahunya. Pak Tom kaget secara spontan. Ia pun pelan-pelan membalikkan badannya.

Sedang apakah kau  disini nak ? dan siapa namamu ?“ tanya seorang kakek Tua dengan santun sambil menatap mata Pak Tom.

Keringat dingin Pak Tom mulai mengalir dengan derasnya membasahi bajunya.

N..na..nama saya Tommy. Saya telah terdampar di pulau ini kek“ jawab Pak Tom dengan berani membalas tatapan mata kakek tua itu.

Perkenalkan saya kakek Boris. Ayo sini kakek antar ke pondok tempat tinggal kakek “ ajak kakek Boris dengan mengarahkan pandangannya ke arah bukit yang menyala-nyala.

Iya kek“ jawab Pak Tom.

Kakek Boris melangkah dengan obor yang menyala terang ditangannya yang penuh dengan keriput diikuti dengan Pak Tom dibelakangnya. Sepanjang perjalanan yang mereka hanya lewati dengan cerita dari Pak Tom tentang peristiwa yang membuatnya terdampar di pulau ini. Kakek Boris mendengar cerita Pak Tom dengan cermat.  Kakek Boris yang memakai pakaian compang-camping itu mempersilakan duluan Pak Tom untuk masuk di pondok dan beristirahat dengan beralaskan tikar bambu.  Pak Tom pun segera masuk dan baring di atas tikar yang cukup empuk terus diikuti oleh Kakek Boris. Malam itu mereka tidur dengan nyenyak karena tiupan-tiupan angin masuk melalui lubang-lubang kecil di pondok yang diterangi oleh cahaya lampu petromaks.

Sinar dari sang surya telas menembus dan menyinari wajah Pak  Tom. Ia bangun dari tidurnya dan menginjakkan kaki di pekarangan pondok kakek Boris yang sedang menghidangkan ikan bakar di atas balai-balai.

Ayo sini makan !“ teriak kakek Boris dari ujung sana.

Pak Tom maju selangkah dan menghindari sinar matahari yang menyilaukan dengan telapak tangannya. Ia pun berlari-lari kecil mendekati kakek Boris.  Pak Tom duduk berhadapan dan mengambil seekor ikan bakar serta meletakannya di atas daun kelapa yang telah dibentuk bagaikan piring oleh kakek Boris. Pak Tom sangat lahap memakan ikan bakar itu sampai Kakek Boris sedikit heran melihat mulutnya yang sangat cepat mengunyah ikan bakar. Pak Tom sedikit malu dan mulai memperlambat gerakan makannya.

Tom sesudah makan kita akan berjalan-jalan di atas bukit dan melihat lembah“ kata kakek Boris setelah menghabiskan makanannya.

Iya pak pemandangan disini juga cukup bagus“ seru Pak Tom dengan ikan bakar yang masih penuh dimulutnya.

Semua telah bersih dan mereka telah siap untuk berangkat. Kakek Boris hanya membawa sebatang kayu cukup panjang yang berguna untuk membantunya untuk melewati tanjakan-tanjakan kerikil kecil yang ada di perjalanan.

Di perjalanan Pak Tom hanya melihat pohon-pohon hijau yang berjejer dengan asri disertai kicauan burung-burung berbulu indah. Kadang-kadang mereka beristirahat di bawah pohon untuk berteduh dari sinaran matahari yang cukup panas.  Rasa lelah mereka terbayarkan dengan pemandangan lembah yang bagus serta membawa kedamaian. Hamparan hijau terbentang sepanjang mata Pak Tom memandang lembah itu.

Tiba-tiba kakek Boris melempar tongkat bawaannya ke dalam lembah itu dan hamparan hijau yang dilihat Pak Tom berubah menjadi kumpulan emas yang menyilaukan. Pak Tom kaget dengan semua ini dan berbalik badan.  Dihadapannya nampak seorang pemuda memakai pakaian bagaikan seorang raja dan dihiasi sebuah mahkota emas yang menyilaukan di kepalanya seraya tersenyum kepada Pak Tom.

Ada apa kau merasa heran seperti itu Tom ?“ tanya pemuda itu dengan mendekati Pak Tom.

Kamu ini siapa ?“ seru Pak Tom dengan heran.

Apakah kau tidak mengenalku anak muda ?” respon pemuda itu dengan menatap mata Pak Tom.

Sungguh aku tidak mengenalmu.

Tom akulah kakek Boris.

Mana mungkin kau semuda ini dan memakai pakaian yang begitu bagusnya sedangkan kakek Boris hanya memakai pakaian yang lusuh” Pak Tom semakin heran.

Wajarlah jika kau tidak mempercayaiku” kata pemuda itu sambil melihat gunungan emas yang tepat ada di hadapan mereka.

Apa maksudmu ? Aku semakin tidak mengerti dengan apa yang kau katakan” wajah Pak Tom semakin bingung.

Ceritanya seperti ini sebenarnya nama lengkapku adalah Raja Sparta Zagora, raja terakhir dari kerajaan Lerapetragora dan bangsawan dari bangsa Diniamhorapia. Kehidupan rakyat bangsaku sama dengan kerajaanku yang berjalan baik dan tak pernah terhalang oleh masalah. Tapi tiba-tiba awan hitam datang membawa angin perusak yang sangat mengerikan disenja itu. Ketika itu rakyatku semua sedang merayakan pesta panen yang gembira di kerajaanku. Penyerangan itu dipimpin oleh raja mereka sendiri yaitu Dakovika Mayana. Mereka membunuh semua rakyatku termasuk keluargaku secara keji dan mereka menyekapku di gua Lumoghraph” kata Raja Sparta.

Lumograph ? Bukankah itu nama sebuah pulau yang telah hilang beratus-ratus tahun lamanya dan sampai sekarang ini belum ada seseorang pun yang menemukannya” jelas Pak Tom

Apa yang kau katakan sangatlah betul Tom. Sebetulnya Lumograph adalah sebuah gua yang pada saat itu digunakan sebagai tempat pelantikan raja-raja yang akan memimpin di kerajaanku. Tujuanku merahasiakan pulau ini agar tidak ada seseorang pun yang dapat merebut kembali semua harta kerajaanku. Kerajaan yang sangat begitu jaya dan seluruh rakyatnya hidup dengan penuh sejahtera” kata Raja Sparta dengan meneteskan air matanya.

Lalu apa yang terjadi dengan kerajaanmu ketika bangsa Imortal menyerangnya?” tanya Pak Tom.

Seperti yang aku katakan sebelumnya dan yang telah kau ketahui penyerangan di senja itu dipimpin oleh raja mereka sendiri yaitu Dakovika Mayana. Mereka membunuh semua rakyatku termasuk keluargaku sendiri secara keji dengan memenggal kepala mereka secara massal dan menguburnya di lembah yang ada di hadapan kita” kata Raja Sparta dengan menggenggam tangannya dengan penuh rasa menyesal.

Apa yang mereka perbuat kepadamu ?” tanya Pak Tom.

Mereka menyekapku di gua Lumoghraph saat itu tanganku terikat dan kakiku terantai dan keadaan di gua itu sangat gelap hanya di terangi dengan sinaran obor  besar di tangan seorang yang seperti prajurit yang cukup jauh dariku.” Jelas Raja Sparta

Seseorang datang mendekatiku ternyata dia adalah Dakovika, dia mengangkat daguku dengan hina dan berkata

Serahkan semua emas yang kerajaanmu miliki bahkan tanpa tersisa sekeping pun. Jika tidak aku akan menghancurkan seluruh kerajaanmu begitu juga dengan kamu sehingga tidak ada lagi kerajaan yang dikenal dengan lapisan emasnya dan namaku akan selalu terkenang di seluruh dunia serta keturunanku akan menikmati kebahagiaan yang takkan pernah ada habisnya“ teriaknya dengan suara yang menghancurkan keheningan di dalam gua itu serta penuh ambisi dan penuh emosi.

Aku hanya tertunduk diam dan cuma menahan emosiku pada saat itu yang sangat membara bagaikan nyala obor yang berada di hadapanku.

“Jika aku melakukan perlawanan itu semua tak ada gunanya lagi karena kau sudah menghancurkan seluruh hidupku. Untuk itu aku mengizinkanmu untuk mengambil semua kekayaan emas kerajaanku“ kataku dengan penuh pasrah.

"Tiba-tiba sebatang anak panah telah menghujam tepat dijantungku. Akupun terbaring dengan tak berdaya lagi, darahku telah mengalir kemana-kemana. Kematianku telah terjadi di gua Lumograph bukan diratapi dengan kesedihan tetapi dengan tawaan panjang yang sangat keras penuh dengan persaan iblis bagiku. Gua Lumograph telah menjadi saksi bisu dimana sebuah kerajaan yang jaya dengan emas,rakyat,dan bangsa jatuh ditangan orang yang sangat bengis“ cerita Raja Sparta Zagora.

Pak Tom telah mengetahui semuanya dan ia bertanya

Kini aku mengerti mengapa kau menamakan pulau ini Lumograph tetapi kenapa sampai sekarang kau masih merahasiakan keberadaan pulau ini ? Padahal keturunan Imortal telah habis karena bencana yang terjadi di kerajaannya akibat gempa yang menenggalamkan seluruh kerajaann Imortal“ tanyanya.

Karena pulau ini akan tertutup bagi  seseorang yang berniat jahat seperti Dakovika Mayana serta seluruh keturunannya dan akan terbuka bagi orang yang memerlukan pertolonganku seperti kamu Tommy“ tukas Raja Sparta sambil memberikan senyuman kecil kepada Pak Tom.

Mereka pun turun kembali ke bibir pantai sebab ada sesuatu yang hendak Raja kasihkan kepada Pak Tom. Langkah mereka telah dekat dengan bibir pantai

Tom aku berharap kamu tak memberitahu siapa pun tentang keberadaan pulau ini begitu juga dengan aku dan seluruh riwayat kerajaanku“ ucap Raja Zagora dengan menatap penuh harapan kepada Pak Tom.

Baiklah aku akan selalu merahasiakan semua yang kau cerita hingga akhir hayatku“ janji Pak Tom.

Ambillah segenggam emas ini dan gunakan untuk menafkahi keluargamu tapi syaratnya kamu harus membukanya setelah tiba di rumah dan tak boleh ada yang melihatnya selain keluargamu. Mengerti ?“ kata Raja Sparta sambil menyerahkan kain hitam yang terikat kepada Pak Tom.

Baiklah Raja dan terima kasih atas kebaikan yang telah kau berikan kepadaku“ jawab Pak Tom kemudian memasukkan bungkusan itu ke dalam sakunya.

Selanjutnya lekaslah naik ke perahu itu untuk pulang ke rumah dan berhati-hati lah“ pesan Raja Sparta Zagora sambil mengarahkan pandangan mereka ke perahu itu.

Pak Tom berjalan menuju perahu itu dan menaikinya. Setelah cukup jauh dari Raja dan pulau itu Pak Tom melambaikkan tangannya untuk berterima kasih kembali terhadap pertolongannya dan ucapan selamat jalan. Pulau Lumograph telah tertutup kembali dan akan terus menunggu seseorang yang membutuhkan bantuannya. Mata Pak Tom tak pernah lepas dari pulau itu tapi perlahan-lahan Pulau Berlapis Emas itu tak tampak lagi di permukaan. Pulau Lumograph akan selalu menjadi misteri bagi setiap orang di dunia seluruh ceritanya akan menjadi mitos yang takkan pernah hilang di akhir zaman kecuali Pak Tom.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun