Mohon tunggu...
Iwan Seppriadi
Iwan Seppriadi Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

[Resume Kelompok] Sosiologi Komunikasi

18 Januari 2017   18:55 Diperbarui: 18 Januari 2017   19:05 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Media Massa dan Keluarga

Pada tatanan sosiologi keluarga memiliki peran masing-masing. Ayah sebagai pencari nafkah dan ibu memiliki peran untuk mengurus rumah tangga. Peranan ini, saat ini di Indonesia sudah banyak dipengaruhi oleh berbagai macam media yang viral di masyarakat. Contoh: di Korea Selatan ayah berperan untuk menjaga anak-anak dan ibu bekerja untuk mencari nafkah. Pada contoh terebut, perbedaan antara tatanan sosiologi pada keluarga dapat mempengaruhi budaya dan peran keluarga di Indonesia. Sedikit besar media cukup mempengaruhi tatanan pada keluarga tersebut, sehingga apabila budaya Indonesia akan tetap dipertahankan maka literasi media perlu ditingkatkan.

Media Massa dan Anak-anak

Ada beberapa survey yang mengatakan bahwa orang tua di Indonesia lebih takut anaknya mengalami cacat fisik daripada cacat mental. Hal ini memanglah bukan sebuah pilihan, namun apabila kita menelaah lebih jauh hal ini memang terjadi pada orang tua di Indonesia dibuktikan dengan orang tua yang merasa aman untuk membiarkan anaknya menonton tv seharian tanpa pengawasan dibandingkan dengan membiarkan anak untuk bermain di luar rumah. Hal ini sangat memberatkan pada kualitas televisi yang semakin hari seharusnya semakin ditingkatkan pada fungsi informative dan edukatif. Sesuai dengan teori pembelajaran social bahwa anak akan cepat meniru perilaku atau kebiasaan pada televisi tanpa memiliki penyaringan tertentu. Sehingga pengawasan orang tua seharusnya menjadi hal yang paling utama dalam menjaga anak saat menonton televisi.

Media, Perempuan, dan Pornografi

Berbicara soal media seringkali kesalahan terletak pada beberapa tayangan atau program yang sengaja mensentralkan pada budaya barat sehingga norma yang berlaku pada penerapannya akan berbeda. Budaya Indonesia yang cenderung tertutup akan menolak budaya barat yang cenderung terbuka dalam segi berpakaian. Begitupula dengan program televise misalnya, nilai tersebut akan berbeda apabila televisi tersebut menganut budaya barat yang secara berpakaian lebih terbuka. Inilah yang secara terang-terangan disisipkan budaya pornografi oleh para pemilik program televisi. Dalam hal ini perempuan selalu dijadikan sebagai korban dari tayangan televisi yang tidak patut ditiru tersebut. Berbagai macam peristiwa pemerkosaan bisa jadi dipicu akibat adanya program televisi yang meninggikan nilai pornografi.

Hiburan sebagai Efek Media

Media sebagai efek hiburan merupakan sebuah fungsi yang ada pada fungsi media, yakni fungsi informasi, fungsi edukasi, dan fungsi hiburan. Penatnya masyarakat terhadap rutinitas sehari-hari dan berita yang terlalu serius membuat manusia secara psikologis membutuhkan fungsi hiburan sebagai pemenuhan psikologi. Namun, kadang kala fungsi hiburan yang terlalu berlebihan seperti program komedi yang terlalu banyak dan panjang disiarkan oleh salah satu stasiun televise membuat fungsi informasi dan edukasi menurun, sehingga masyarakat cenderung “ketagihan” terhadap fungsi hiburan tersebut dan mengabaikan informasi yang edukatif dan informatif. Peranan ini perlu diseimbangkan oleh media sebagai media massa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun