Dalam masa pandemic Covid-19, perekonomian masyarakat di desa menurun secara perlahan. Hal ini masih ditambah lagi dengan semakin mahalnya harga pupuk yang menyebabkan para petani kebingungan dalam menangani tanamannya. Oleh sebab itu, para petani selalu mencari solusi guna meningkatkan hasil panennya.
Situasi seperti ini, menjadikan semangat bagi mahasiswa untuk melaksanakan KKN (Kuliah Kerja Nyata) sebagai sarana mengabdikan diri kepada masyarakat. Muhammad Iwan Samsudin, sebagai mahasiswa dari Fakultas Teknik Jurusan Informatika Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya melakukan kegiatan KKN dengan terjun langsung ke masyarakat di Dusun Jaringansari, RT 01 RW 02, Desa Karangdiyeng, Kecamatan Kutorejo, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur.
Dengan dosen pembimbing, Muhamad Firdaus, ST.,M.Kom. Iwan, mengambil tema “SOSIALISASI BUDIDAYA JAMUR TIRAM MEDIA SERBUK GERGAJI GUNA MENINGKATKAN EKONOMI MASYARAKAT DI DUSUN JARINGANSARI DESA KARANGDIYENG KUTOREJO MOJOKERTO”. Program kerja yang dilakukan meliputi pelatihan budidaya jamur tiram, sosialisasi pembuatan POC (Pupuk Organik Cair), serta membuatkan alat pemupuk otomatis menggunakan pipa paralon.
Program sosialiasi dan pelatihan budidaya jamur tiram dilakukan pada tanggal 17 Desember 2020, yang bertempat di rumah Bapak Fatkan salah satu rumah warga di Dusun Jaringansari, Desa Karangdiyeng. Program ini banyak diikuti oleh warga secara antusias. Hal ini disebabkan budidaya jamur tiram yang cukup menguntungkan, apalagi disaat musim hujan seperti saat ini, yang membuat jamur tiram dapat tumbuh dengan subur, dengan harga yang cukup menguntungkan sehingga dapat meningkatkan ekonomi warga.
Pupuk Organik Cair ini menggunakan bahan bahan yang cukup mudah didapatkan di sekitar lingkungan desa tersebut. Bahan – bahannya yaitu urine sapi, Bioaktivator, gula merah, dan juga air kelapa tua. Bioaktivator ini bisa didapatkan dengan membeli di toko pertanian atau dengan membuat sendiri, dengan bahan yang cukup mudah didapatkan juga yaitu keong mas atau siput liar, yang kemudian di cacah sampai halus kemudian dimasukkan ke botol dan didiamkan selama 4-5 hari lamanya.
Perbedaan alat ini dengan yang selama ini dilalakukan oleh para petani adalah, jika Biasanya petani saat akan memupuk tanaman dengan cara mengulurkan tangan dan menunduk, hal ini tentu saja disamping melelahkan juga dapat memberikan efek sakit terutama bagi yang memiliki encok dan sakit pinggang. Dengan adanya alat ini, petani tidak perlu susah payah mengulurkan tangan dan menunduk lagi, cukup berdiri dan menekan sedikit alat tersebut maka akan keluar pupuk dari dalam pipa paralon itu.
Dengan diberikan bekal ilmu ini kepada masyarakat, mahasiswa tersebut berharap bisa berguna untuk masyarakat di Dusun Jaringansari, Desa karangdiyeng, Kecamatan Kutorejo, Kabupaten Mojokerto guna meningkatkan perekonomian masyarakat di masa pandemic ini dan perekonomian masyarakat meningkat.