Mohon tunggu...
IWAN RIDWAN WALUYA
IWAN RIDWAN WALUYA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi belajar dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Berdemokrasi Di Era Media Sosial : Menghadapi Tantangan Demokrassi Di Era Digitalisasi

24 Desember 2024   19:05 Diperbarui: 24 Desember 2024   19:13 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sejak dimulainya revolusi industri, perkembangan teknologi berlangsung sangat pesat, membawa perubahan signifikan pada berbagai aspek kehidupan masyarakat. Salah satu sektor yang mengalami lompatan besar adalah teknologi komunikasi dan informasi. Berbeda dengan zaman sebelumnya, ketika komunikasi jarak jauh dan akses informasi masih menjadi tantangan, kini teknologi memungkinkan segalanya dilakukan dengan cepat dan efisien.

Di era teknologi digital, perubahan tidak hanya terjadi pada cara masyarakat berkomunikasi, tetapi juga pada bagaimana mereka berpartisipasi dalam demokrasi. Media sosial dan internet telah membuka ruang baru yang lebih inklusif, di mana setiap individu dapat menyuarakan pendapat tanpa batasan usia, gender, atau status sosial. Demokrasi, yang berlandaskan prinsip “dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat,” kini mendapatkan dimensi baru melalui digitalisasi. Namun, di balik peluang besar tersebut, terdapat tantangan yang serius yang tidak boleh diabaikan.

Kemajuan teknologi telah memberikan manfaat besar di berbagai sektor, seperti hiburan, bisnis, ekonomi, dan pendidikan. Informasi kini dapat diakses dengan mudah kapan saja dan di mana saja. Namun, era digital juga menghadirkan tantangan berupa penyebaran informasi yang sulit diverifikasi kebenarannya. Bayangkan sebuah perpustakaan besar dengan ribuan buku—itulah internet. Sayangnya, tidak semua "buku" di perpustakaan ini memuat fakta. Sebagian berisi informasi palsu (hoaks) atau opini tanpa dasar.

Media sosial sebagai platform utama interaksi digital juga kerap menjadi medan bias, di mana narasi tertentu dapat mengubah persepsi masyarakat. Suatu hal yang baik bisa dianggap buruk, sementara hal buruk bisa dianggap baik, tergantung bagaimana informasi tersebut disajikan. Ditambah lagi, algoritma media sosial sering kali menciptakan “ruang gema” (echo chamber), yang memperkuat pandangan individu dengan hanya menampilkan informasi yang sejalan dengan opininya. Hal ini tidak hanya menghambat diskusi yang sehat, tetapi juga memperburuk polarisasi masyarakat.

Namun, kita juga harus mengakui bahwa media sosial memberikan peluang untuk memperluas partisipasi publik. Kampanye daring, debat virtual, dan petisi digital telah mempermudah masyarakat untuk mengawasi kebijakan pemerintah, menuntut akuntabilitas, serta memahami isu-isu politik secara lebih mendalam. Di sisi lain, tantangan besar seperti penyebaran hoaks, manipulasi informasi, dan maraknya ujaran kebencian harus segera ditangani agar tidak mengancam kualitas demokrasi.

Berdemokrasi di era digital membutuhkan kesadaran kolektif dan tanggung jawab bersama. Masyarakat perlu meningkatkan literasi digital agar mampu menyaring informasi, memahami konten dengan kritis, dan berpartisipasi secara sehat dalam diskusi politik. Di sisi lain, pemerintah serta penyedia platform digital harus menciptakan ekosistem daring yang transparan, adil, dan mendukung demokrasi.

Teknologi ibarat pisau bermata dua: ia bisa menjadi alat yang memperkuat demokrasi jika digunakan dengan bijak, tetapi juga bisa menjadi ancaman jika disalahgunakan. Dengan pemanfaatan yang tepat, digitalisasi dapat memperdalam partisipasi rakyat dan meningkatkan kualitas demokrasi. Namun, jika kita tidak bijak, era digital justru akan memperlemah nilai-nilai demokrasi yang telah diperjuangkan.

Istilah lama “mulutmu harimaumu” kini telah bergeser menjadi “jarimu harimaumu.” Oleh karena itu, gunakanlah teknologi untuk hal-hal yang positif, bermanfaat, dan memperkuat nilai-nilai demokrasi, bukan sebaliknya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun