Mohon tunggu...
Iwan Purnawan
Iwan Purnawan Mohon Tunggu... -

Pemerhati Kompasiana

Selanjutnya

Tutup

Politik

Masih tentang Kampanye Hitam Jokowi-Ahok

7 Mei 2012   21:12 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:35 1221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dua tiga hari terakhir ini Kompasianer disuguhi artikel-artikel dengan tema kampanye hitam. Tema ini terutama diangkat oleh kompasianer Adi Supriadi. Beliau menulis dua artikel dengan tema tersebut dengan judul pertama "Kampanye Hitam" Jokowi Merupakan Strategi Marketing Ahok, dan yang kedua dengan judul Soal Kerusuhan Solo & Jokowi. Saya tidak Percaya Kampanye Hitam".

Saya tidak sedang mengkritisi tulisan beliau tentang mutu isinya maupun cara penulisan dan penggunaan huruf.  Para kompasianer tentu mempunyai pendapat sendiri tentang mutu tulisan beliau dan bagaimana cara menulis yang dilakukan beliau.

Dalam tulisan ini saya hanya melengkapi tulisan kompasianer Adi Supriadi tentang kampanye hitam.  Apakah mungkin kampanye hitam tentang sisi jelek Jokowi-Ahok dilakukan sendiri oleh Jokowi-Ahok?

Saya memulainya dengan sebuah premis sederhana."Kalau kita ingin berkenalan pertama kali dengan seseorang, mungkinkah kita akan tunjukkan kejelekan kita kepada orang tersebut?".

Premis sederhana tersebut dapat kita gunakan untuk melihat fenomena lebih luas. Fenomena yang saya maksud adalah demikian: masyarakat Jakarta tidak mengenal secara langsung Jokowi dan Ahok. Masyarakat Jakarta tidak pernah dengar nama Jokowi-Ahok. Mereka berdua menyadari hal ini. Oleh karena itu, mereka berusaha agar nama mereka dikenal oleh masyarakat Jakarta. Jokowi-Ahok menjadi sebuah brand name.

Apa susahnya masyarakat Jakarta kenal dengan nama Jokowi-Ahok. Oh iya...saya tahu itu yang namanya Jokowi, itu yang namanya Ahok. Bukan mengenal seperti itu yang diutamakan. Brand name tidak akan memiliki arti apa-apa bila tidak didukung oleh reputasi baik. Yang tidak diketahui masyarakat Jakarta adalah reputasi di balik brand name itu.  Brand name Jokowi-Ahok adalah pemimpin yang berhasil mengelola daerah. Kalau bicara Jokowi-Ahok berarti bicara tentang pemimpin yang berhasi. Brand name dalam bentuk good name Jokowi-Ahok dibentuk oleh reputasi baik ketika mereka memimpin daerah mereka masing-masing. Media membantu brand name dengan mengungkapkan berbagai reputasi baik mereka.

Jokowi-Ahok memang pemimpin yang berhasil di daerahnya. Namun ada sebagian masyarakat Jakarta yang masih ragu dengan alasan kerumitan Jakarta berbeda dengan kerumitan daerah yang dipimpin oleh Jokowi-Ahok. Kampanye hitam dapat mengangkat isu perbedaan kerumitan ini. Apakah Jokowi-Ahok akan menjelekkan dirinya sendiri dengan menunjukkan kegagalan mengelola daerah mereka? Sementara reputasi keberhasilan mereka banyak diungkap oleh media.

Saya juga akan menggunakan premis kedua yang sederhana yaitu "Seorang pemasar yang baik adalah yang mampu mengenalkan produknya kepada pembeli".

Dengan menggunakan premis tersebut maka kita tidak banyak jumpai seorang penjual menceritakan kejelekan produk yang dijualnya. Target mereka adalah produknya laku dijual. Hanya penjual yang jujur sajalah yang akan menceritakan kejelekan produknya. Menunjukkan kejelekan diri sendiri bukanlah cara memasarkan yang baik. Oleh karena itu, Jokowi-Ahok akan memasarkan produk mereka dengan cara lain. Kita tidak pernah mendengar bahwa Jokowi-Ahok bercerita tentang kegagalan mereka mengelola daerah masing-masing. Kalau mereka melakukannya berarti mereka pemimpin yang jujur. Jokowi-Ahok akan lebih tepat kalau menjelaskan program kerja mereka untuk mengatasi persoalan Jakarta ketimbang sibuk menceritakan kegagalan mereka di daerah.  Rasanya tidak mungkin kampanye hitam dengan menjelekkan diri sendiri sebagai sebuah Scenario Marketing Ahok (istilah yang digunakan pak Adi Supriadi) digunakan oleh Jokowi-Ahok.

Dengan menggunakan dua premis sederhana, maka tulisan ini menyimpulkan bahwa sebagai orang yang ingin berkenalan, sebagai orang yang ingin didengar program kerjanya maka tidak mungkin rasanya Jokowi-Ahok membuka pintu perkenalan itu dengan cara menunjukkan kejelekan dirinya.

Dua premis sederhana bertujuan untuk melihat tema kampanye hitam dari satu prespektif sementara banyak kompasianer lainnya memiliki prespektif yang berbeda. Untuk itu, maafkanlah daku ini. Daku bukan orang Jakarta, bukan orang Solo dan bukan pula orang Bangka.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun