Mohon tunggu...
iwan setiawan
iwan setiawan Mohon Tunggu... karyawan swasta -

saya lulusan s1 di bandung di fakultas ekonomi, dan sekarang saya bekerja di usaha jasa selama 12 tahun

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Renungan Hatiku Tentang Aku , Kamu dan Dia. (1)

31 Oktober 2014   21:51 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:01 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lima bulan sudah kujalani dunia baruku, dengan segala kerendahan hati dan keiklasan, Ku jalani semua ini, perjalananku untuk bekerja bukan hanyasekedar aku mencari uang, bukan sekedar takut pimpinan bukan pula karena gengsi apalagi malu, tapi lebih dari itu semua penemuan kesadaran hidup, kesadaran bagaimana Tuhan yang maha Agung menyaksikan setiap langkah ku, bagaimana Tuhan yang maha Agung menatapku dalam setiap waktu, inilah yang membuat hidupku semakin kuat, semakin yakin, semakin takut semakin iklas , kesadaran ini merasuki segala jiwa dan ragaku sehingga aku merasa semakin kuat.

Pertama Kesadaran pada Kekuatan, bagaimana mungkin aku lemah sedangkan jiwaku sedang berjalan pada garis lurus keyakinan yang hakiki pemilik jagatraya ini, kakiku terasa menapak pada hamparan kasih sayangnya, jari-jari kakiku sudah lama rindu pada perjalanan yang tersentuh zat-Nya sehingga yang terasa adalah antara aku dan Dia, jari-jariku semakin kuat karena setiap langkahnya selalu mendapat kasih sayangnya, zat itu terasa menaiki ragaku dari yang paling bawah menuju pusat alam pikiranku sehingga kelelahan hanya matamorgana yang terjadi adalah kekuatan antara aku dan Dia,kekuatan ini menjadi kekuatan yang amat dasyat sehingga yang terwujud hanya Dia dan aku, yang lain teramat kecil kecuali orang orang yang cinta kepadanya semua fana, kamu lihat aku lemah padahal aku baru pertama merasakan kekuatanNya, Dia meyelimuti dengan zatnya sehingga ragaku berdiri tegak dengan kehendakNya, langkahku semakin cepat berlari mendekatinya, mata teliga mulut dan tanganku semua menghadap pada kekuatanNyakamu tidak mungkin mengatakan aku lemah, padahal aku sedang asiknya berdiri dan berlari menuju pada zat yang menyelimutinya diujung sana dia menyaksikan aku, berdiri berjalan berlari dengan sedikit bekal yang dia berikan menuju kesempurnaan Nya. Aku sekarang kuat karena kehendak-Nya, aku sekarang berdiri karena Zatnya aku sekarang berjalan karena rahmannya dan aku berlari kerana rahimnya, kemana dunia ? dia ada tapi bukan di jiwaku, diaada karenapenyaksiannya, dia ada karena ijinNya dunia itu tersenyum dengan segala kekotorannya, menyaksikan zatNya menyelimuti Jiwaku dia sekarang tertunduk malu pada Zatnya, jiwa yang dulu mencintainya sekarang pergi dan kembali pada kesempurnaan Zat yang maha Agung, sekarang dunia meminta kepada jiwa yang dulu pernah menuhankannya untuk di ijinkan meyerahkan dunia ini.Kekuatan ini bukan untuk aku bukan pula untuk kamu tapi untuk Dia, kamu adalah konsekwensi dari sebuah kekuatan yang sempurna.

Kedua kesadaran keyakinan kesadaran ini membuat jiwaku terikat pada satu zat yang maha sempurna menyentuh alam pikiranku alam jiwaku alam ragaku, bagaimana mungkin aku ragu pada jiwaku yang menyaksikan kasih sayangnya,meragukanmasa depanku adalah penghinaan kepada zat yang maha sempurna, bahwa hidup harus semangat , hidup harus sukses, hidup harus kaya, hidup harus bahagia, itu semua konsekwensi dari penyadaran pada keyakinan pada zat yang amat sempurna, engkau akan dapatkan itu tatkala kita sudah tidaklagi bisa memisahkan antara diriku dan kesempurnaannya konsekwensi yang engkau dapat. dari semua kesadaran itu bukan tujuan tapi ujian, kesempurnaannya adalah ketika jiwa ini dapat menatap wajahNya, kemana keraguanku, kemana bimbangku, kemana gelisahku, dia ada di pingiran zat yang maha sempurna menyaksikanku bersamaNya. Zatnya meyelimuti jiwaku ragaku menutupi lobang-lobang yang di tinggalkan dari keraguan, kebimbangan dan kegelisahan, Dia menyempurnakan jiwaku yang berlubang, jiwaku bagaikan selembar kain yang dihamparkan diletakkan di hadapan Zatnya, Dia meluruskan yang lecak, Dia membersihkan yang kotor, bahkan Dia menutupi yang berlubang dengan zatnya.Sekarang jiwaku bagaikan hamparan kain yang terbentangkosong dari gumpalan –gumpalan keinginan yang ada hanya zat yang sedang menyelimuti jiwaku, aku nikmati rahmatnya, cintanya kasih sayangnya.

Ketiga Kesadaran Diawasi, kesadaran ini membawa jiwaku pada titik dimana antara aku dan Dia tidak ada lagi penghalang, aku malu ketika apa yang aku lakukan tidak membawa manfaat untuk hubunganku dan Dia, manusia hanya tipuan, zat yang maha sempurna menyatu dalam kesadaran pada kuasanya zatnya yang tak terpisakan pada jiwaku membentuk jiwa yang hakiki, bumi langit alam semesta dan kamu menjadi tak tampak , mataku hanya diperuntukan untuk dia, telinggaku kakiku, tanganku, dia menyatu dalam jiwa yang terselimuti zatnya tidak adalagi pengingkaran jiwaku tidak adalagi kesombonganku, tidak lagi mencederai zatnya , yang ada hanya jiwaku dan Dia, kesadaran ini terus mengumpal menjadi sebuah kesadaran antara kecintaan dan kasih sayangnya yang amat dasyat, sekarang dimana kebohongan itu, dimanapenghianatan itu, dimana keangkuhan itu? ada ! dia berdiri dipinggir Zat yang maha agung , mereka ingin melebur dan menyatu bersama jiwaku dan zatnya tetapi Dia tak mengijinkanya,sekarang mereka semakin kerdil karena penyaksiannya pada kesempurnaan zat yang maha agung. Kamu tak pantas lagi menyatu oleh mereka yang sejatinya mereka hanya tipuan, yang pada akhirnya dicampakan oleh Tuhannya.Mari berdiri tegak melangkah menuju kesempurnaan zatnya. Ketika kamu bersamaNya kamu tidak lagi melihat keinginanmu, nafsumu, cita citamuyang ada cintanya padamu, kasihsayangnya padamu, Dia tampak jelas dihadapmu, kamu ada karenaDia ada, langit bumi dan alam semesta ini teramat kecil dibandingkan dengan cintanya kasihsayangnya, sehingga semua gerak raga ini menjadi teduh,

Keempat kesadaran rasa takut, kesadaran ini bukan kesadaran yang di dapat antara makhluk dan mahluknya tetapi kesadaran dimana jiwaku selalu menjaga dari pencedraan pada zatnya, halus sangat halus lembut sangat lembut sehingga aku benar-benar menjaganya, mahluk tidak lagi aku pandang sebagai sosok yang kejam tapi sebagai sosok pembeda antara yang lembut dan kasar, antara lunak dan keras, kesadaran ini muncul karena zatnya menyelimuti jiwa ku, mengalir bersama darahku masuk kesemua sel kehidupanku, ketakutan hanya satu antara aku dan Dia. Ketakutanhanya ada dilingkaran luar kesadaran pada zatnya, akupun bertanya dimana takut itu , takut akan mahluk takut akan kehidupan dimana mereka ? adadia memandangiku .

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun