Â
Â
DI KOMUNITAS travelling, saya mendapat kiriman foto dan video.  Palazzo Barocci, Venesia, Italia, kini  air kian merambah masuk ke Palazzo-nya. Belakangan, sudah sedengkul banjir.  Bermain dengan Merpati makan di genggaman bisa jadi tinggal kenangan.
Venesia memang kota air. Berbeda dengan  Jakarta.  Tapi ada persamaan, daratannya kian turun tiap tahun.
Delapan belas tahun lalu, bersama seorang animator, saya pernah merencanakan membuat film animasi layar lebar. Judulnya Java 2. Kami memvisualkan di line produksi; Â seabad mendatang, Jakarta dan Pulau Jawa umumnya, tenggelam, bagaikan Venesia mulai kelelep. Lantas teknologi menciptakan kota baru ke atas menjulang. Arsitektur bangunan tinggi membagi kota di atas dan di bawah. Â Jakarta usang telah tenggelam.
Bangunan-bangunan baru menjulang tinggi. Sisa kehidupan di bawah mengalami mutan bermakhluk, berkaki bersisik jahat. Sementara Jakarta kota di atas, berperadaban modern berteknologi canggih, berbenteng kecanggihan, dapat melenyapkan makluk di bawah dengan sinaran gama seketika. Â
Makhluk-makhluk mutan beranak pinak di bawah gigih. Mereka membuat Short Hologram Message (SHM), seperti SMS di gadget saat ini, tapi berupa benda bak kelereng. Saban waktu ada saja ada SHM dilayangkan ke atas, makhluk mutan akan menyerbu kota maju di atas: Java 2!Â
Latar cuplikan skenario tadi,  setelah kami membaca penurunan daratan kota DKI Jakarta  terus terjadi. Februari 2018 lalu, Direktur Pengairan dan Irigasi Bappenas, Abdul Malik Sadat Idris, mengatakan kepada media,  terjadi penurunan daratan di ibukota hingga 18 cm.Â
Setiap musim hujan, permasalahan banjir belum menemukan muara solusi. Apalagi  di siklus lima tahunan, Jakarta mendapatkan kiriman banjir besar. Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC) Bambang Hidayah menyebutkan September 2018 lalu, sebanyak 129 kelurahan di Jakarta terancam banjir pada musim hujan 2018-2019. Puncaknya pada Februari mendatang.
Lima wilayah Jakarta dan Kepulauan Seribu memiliki 268 kelurahan. Total kelurahan rawan banjir mencapai sekitar 48 persen dari jumlah kelurahan ada. Musibah banjir membawa akibat jalanan kian macet, bahkan lumpuh tak dapat dilalui.