Mohon tunggu...
Narliswandi Piliang
Narliswandi Piliang Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Traveller, Content Director, Citizen Reporter, Bloger, Private Investigator

Business: Products; Coal Trading; Services: Money Changer, Spin Doctor, Content Director for PR, Private Investigator. Social Activities: Traveller, Bloger. email: iwan.piliang7@yahoo.com\r\nmobile +628128808108\r\nfacebook: Iwan Piliang Dua , Twitter @iwanpiliang7 Instagram @iwanpiliangofficial mobile: +628128808108

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Jurnalisme dan Pers Kian Penting di Tengah Konten Sosmed yang Blur dan Miring

10 Februari 2018   12:03 Diperbarui: 11 Februari 2018   14:53 2219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Presiden Joko Widodo di puncak Hari Pers Nasional kemarin, 9 Februari 2018, di Padang, meyakinkan bahwa medium baru, seperti online, Sosmed tak akan mengalahkan pers dan jurnalistik. Dunia jurnalisme akan terus berkembang dan dibutuhkan.

Di tengah tahun politik saat ini, di tengah sosmed kita diisi pembuat konten tak berbekal prinsip dasar jurnalisme, fakta menjadi blur. Blur, judul buku ditulis Bill Kovach, juga penulis The Element Journalism. Dunia di dalam buku Blur dikatakan tsunami informasi mengalami turbulensi blur, bias-bias diteruskan kian membiaskan. Maka jurnalisme menjadi pondasi filter sejak peradaban tumbuh hingga akhir zaman. Jurnalisme seperti apa?

Jurnalis, media, pers, tetap komit kepada esensi dasar jurnalisme, rendah hati verifikasi tiada henti mencari fakta kebenaran. Laku itu, kudu dilandasi hati nurani, akal dan budi. Inti persoalan seteguh apa dan segigih mana jurnalis tetap menjaga berhati-nurani, berakal dan berbudi?

Akal dan budi tergantung asupan bacaan, pengalaman batin, perjalanan melihat warganya dan mencium peradaban dunia baik pernah biadab terlebih merujuk ke kemuliaan peradaban di mana-mana.

Dalam kerangka di atas, saya ingin membedah heboh konten sosmed pem-bully saya karena: kembali dekatnya Iwan Piliang ke Presiden Joko Widodo. Sebagai pendukung Presiden Jokowi sejak dari Solo, akhir 2008, saya bukanlah tukang pembuat konten sosmed. Sejak lama saya seorang content director dengan fokus tajam sebagai spin doctor di bidang komunikasi publik. Pendidikan saya kebetulan juga komunikasi massa.

Saya datang ke Solo mencari Pak Jokowi, awal Januari 2009, sebagai kawan dengan paradigma sosok bisa ubah bangsa mereka punya produk dan atau jasa masuk pasar. Income-nya independen. Mempersingkat kata, saya memang mendukung hingga menjadi presiden melalui core competence saya.

Saya wartawan mainstream 1984-1989, lalu berbisnis di industri komunikasi dan kreatif --kini trader emas-- lantas era reformasi mengembangkan citizen journalist dan aktif menulis di sosmed. Pondasi saya tetap ruh tiga alinea awal tulisan di kolom ini.

Setelah Pak Jokowi duduk di istana, ketika medio 2015 terjadi pembredelan situs internet Islam, seperti Tarbiyah, saya mengritisi keras kebijakan pemerintah. Jejak digital itu, antara lain, membuat bully akhir pekan ini terhadap saya tajam.

Ruh junalisme masih melekat di dada saya. Penulis senior seperti Amarzan Loebis, TEMPO, pernah mengatakan jika bekal pendidikan jurnalis ada di lubuk hati seseorang, dan menjalankan kewartawanan dengan benar, maka, "Laku seseorang itu bagaikan kena kutukan jurnalisme, ia menjadi insan sangat idealis."

Mengacu ke kalimat Amarzan tadi, maka di dalam dunia bisnis saya acap dituding relasi terlalu idealis hingga saat ini.

"Heboh" saya berada di Talawi, Sawahlunto, Sumatera Barat, petang 8 Februari 2018, di mana saya hadir di sisi Pak Jokowi, bermula dari pertemuan saya dengan Presiden 22 Januari 2018 di Palembang. Sebagai sosok pernah mendukung dirinya, silaturahim tentulah petuah diajarkan agama, maka ketika dapat bersua, dengan konsisten saya manfaat sebagai spin doctor: Apakah salah saya menyarankan presiden di Hari Pers berkunjung ke rumah kelahiran Adinegoro, tepatnya Djamaloedin Datoek Maradjo Soetan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun