HUJAN dini hari masih menyisakan petilasan basah di hamparan parkir Mal Palembang Icon, Senin, 22 Januari 2018. Matahari malu-malu. Waktu pukul 9 pagi. Ratusan orang sudah berdiri menuju gelanggang olahraga di samping belakang mal itu. Dari kejauhan di balik pagar, tampak warga bagaikan semut beriring, berarak masuk. Mereka masing-masing membawa map plastik bening. Di dalam map di tangan, jelas terlihat lembaran Buku Sertifikat Tanah ber-cover hijau.
Mereka dominan mengenakan batik. Banyak pula berkemeja biasa, bersepatu, tak terkecuali bersandal saja. Ibu-ibu berjilbab, berkebaya emak-emak, berdandan datar. Pemandangan pagi tersendiri. Mereka semua berwajah cerah. Pukul 9.30, pintu bagi undangan masuk ditutup. Di dalam aula gelanggang olahraga PSTC itu rupanya sudah berisi hampir 5.000 orang.
Di panggung bercorak dominan merah dan putih, terpampang latar bertuliskan "Penyerahan Sertifikat Tanah untuk Rakyat". Jarum jam bergerak sedikit dari pukul 10, Presiden Joko Widodo, memasuki aula. Ada teprokan. Ada suara-suara, "Pak Jokowi, Pak Jokowi..." Ada suit-suit dari balkon.
Mengenakan pakaian "kebesaran" pantalon hitam, kemeja putih, lengan digulung seperempat, Presiden Jokowi tersenyum. Ia bergerak cepat melangkah menuju lorong bagian kanan saya. Jokowi menyalami undangan. Uluran tangan menggapai-gapai. Nama presiden disebut-sebut. Tepuk tangan. Gemuruh.
Presiden lalu berdiri di bagian tengah kursi paling depan. Di sampingnya, Gubernur Sumatera Selatan Alex Noedin dan Menteri ATR/BPN, Sofjan Djalil. Tanpa aba-aba, semua hadirin berdiri. Serempak memulai lagu, "Indonesia tanah airku ..."
"Hiduplah Indonesia Raya."
Bulu di lengan saya berdiri.
Persembahan berikutnya tarian. Hamparan panggung lenggok-gemulai dara Wong Kito, dilanjutkan Sisingaan, hingga pekikan heroik tanah Papua. Simbol keindonesiaan. Lantas saatnya Presiden Jokowi tampil.
"Sudah pegang ini semua?"
Presiden Jokowi mengangkat map berisi buku sertifikat tanah.
Seluruh hadirin mengacungkan hal sama.