"Ditarok dalam plastik, sehingga kalau kena air, atap bocor, tak gampang rusak."
"Habis itu mau diapain, mau disekolahkan?"
Hadirin dominan menjawab, "Iya Pak."
Gemuruh lagi.
Presiden memberi wejangan, jika memang akan "disekolahkan" untuk jaminan kredit ke bank, "Kalau dapat tiga ratus juta, seratus lima puluh juta jangan buat beli mobil... tapi gunakanlah untuk modal usaha dan investasi."
"Keuntungan ditabung. Jika ada untung sepuluh juta tabung. Hasil tabungan buat beli motor... baru boleh."
Presiden menyampaikan pesan bagaikan ke sanak keluarganya. Saya menyimak momen pembagian sertifikat tanah ini seakan kejokowian --memuliakan ketulusan keinsanan-- menemukan muaranya. Tidak berlebihan program percepatan pembuatan sertifikat tanah warga dilakukan Kementrian Agraria, Badan Pertanahan Nasional (BPN), menjadi program andalan Presiden Jokowi kini.
Sejak dilakukan percepatan melalui tajuk Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL), dalam satu setengah tahun terakhir saja, sudah 5 juta sertifikat tanah dikebut kelar lalu dibagikan. Tahun ini ditargetkan 7 juta petak lahan warga bersertifikat dan pada 2019 ditargetkan 9 juta jadi. Sehingga akan dapat dikejar 21 juta. "Bandingkan bila sebelumnya hanya rata-rata maksimum lima ratrus ribuan sertifikat tanah dibuat setahun," kata Presiden Jokowi.
PTSL didukung oleh Prona, Program Nasional, Sistem Massal Swadaya (SMS), Lintas Sektor, baik pertanian, UKM hingga Wakaf. "Biaya ukur dipikul negara, warga tinggal membiayai patok dan materai," kata M. Noor Marzuki, Sekjen Kementerian ATR, BPN, sosok kunci di balik PTSL. Dan dimulai di Palembang, pada hari itu dibagikan pula sertifikat tanah gratis untuk rumah ibadah. Maka ketika ada 12 wakil warga khusus dihadirkan ke panggung menerima secara simbolis sertifikat tanah, tampil ustad, pendeta, pastor. Mereka menerima sertifikat gratis untuk segenap rumah ibadah.
MINGGU,21Â Januari malam jelang pukul 22 di warung sate Rio, tak jauh dari bagian kanan depan Griya Agung, kediaman Gubernur Sumatera Selatan. Saya mendapat kabar bahwa Presiden Jokowi akan mampir. Kebetulan saya bersama Anhar Nasution, mantan anggota DPR, pernah menjadi ketua Panja Pertanahan di Komisi II DPR RI, juga makan malam di sana. Usai melahap Soto Betawi, pesanan ayam goreng kampung panas pun tersaji. Di saat itulah Jokowi muncul.
Sebagaimana acap saya simak, sejak dari Solo, Wali Kota, menjadi Gubernur DKI Jakarta, lantas kini Presiden RI, kehangatannya menjumpai dan menyalami warga konsisten. Dalam diskusi dengan Anhar, saya bicarakan tentang kejokowian. Warga antusias menyalami, Jokowi menyapa, "Apa kabar?" atau sekadar bertanya, "ini namanya siapa?" ke seorang ibu bersama bocah di sampingnya. Begitulah suasana warung sate, salah satu lokasi dikunjungi Jokowi malam itu di Palembang.