"Iya kemiskinan  harus dientaskan, salah satu memancing tekad saya maju Cagub," ujarnya pula, "Juga menegakkan keadilan sosial."
"Lebih dari itu, ya, membangkitkan spirit prestasi, membangun dignity."
Atas kalimat Nyalla terkhir itulah maka  saya teringat film Invictus.  Teringat kerinduan akan pemimpin bangsa era silam, terbayang pemimpin  negeri orang seperti Mandela. Dari Invictus saya menyimak premis menjadi pemimpin itu sederhana saja; menginspirasi dan memotivasi. Dari pengalaman hidup, jatuh bangun berbisnis termasuk luasnya pergaulan, tawaduknya beribadah kian kental kini, saya percaya ketulusan hati Nyalla membangun Jatim nyata.
Di  Hari Pahlawan tahun ini saya merasakan  sebuah perjalanan berbeda. Di kiri saya, sosok Nyalla, seakan kontroversi kata orang.  Ia pernah ditahan soal penggelapan uang Kadin, di pengadilan tak terbukti. Berkali ia yakinkan uang miliknya membeli saham memakai bendera Kadin. Begitu ada deviden, uang itu masuk ke rekeningnya.Â
Hal itu dipersoalkan hukum. "Karena itu saya ingin jadi gubernur, jadi pejabat publik, saya akan buktikan seperak pun  uang negara tak akan saya tilep," tekadnya.
Kasus ia diturunkan sebagai Ketua Umum PSSI, di kemudian hari, malah ternyata justeru  PSSI kini berhutang Rp 25 miliar kepada dirinya. Nyalla masih bersabar menunggu pengembalian hingga tulisan ini saya ketikkan.  Ada tiga rekening banknya masih diblokir kejaksaan, walaupun kasusnya sudah inkrah ia tidak bersalah.
Dalam keadaan demikian, hari ini tanggal 2o Desember 2017. Momen menit ke menit terasa menghentak dada bagi Nyalla, di mana deadlinedari Partai Gerindra kepada La Nyalla.  Tenggat baginya mencari dukungan agar partai lain bisa mencalonkannya  sebagai gubernur Jatim. Partai Gerindra memiliki 13 kursi. Untuk Cagub di Jatim butuh 20 kursi. Â
Harapan Nyalla meraih dukungan dari Partai Amanat Nasional pemegang 7 kursi DPRD, sehingga  memenuhi syarat Cagub. Ia pun berharap PKS pemilik 6 kursi, bergabung ke poros tengah bersamanya.
Poros tengah itu memang menjadi appetite tersendiri kini.Â
Pasalnya, dua kandidat Cagub Jatim saat ini Kofifah dan Gus Ipul, serasa tawar. Mereka hambar karena nama itu ke itu dihidang dari masa  ke masa. Belum lagi "mashab" NU menjadi  seakan terpecah dua suaranya. Di akar rumput, sebagian warga mengharapkan nama lain.  Di sinilah peluang La Nyalla menyalla, kesempatan  dan peluang bagi partai poros tengah mendukungnya.