Hari itu saya simak ada serombongan siswa sedang belajar untuk ditempatkan di kapal pesiar. Asman pun sudah sejak lama menyalurkan tenaga terdidik ini dengan kualifikasi diterima oleh semacam Holland American Line dan sejenis. Dalam waktu tak lama lagi Asman mengajak Institut Teknologi Bandung (ITB) mengembangkan kampus BTP menjadi institut.
Kami pun diajak Asman berkeliling sambil berjalan cepat. Kawasan itu semua satu putaran 1,6 km. “Saya biasanya lari tiga putaran, sudah lumayan,” katanya. Kami berjalan cepat, di atas con block, di kiri-kanan kini mulai pula ditanami Terminalia.
Di bagian bawah bertepi dengan jalanan umum, Asman membuat trotoar sendiri, kini telah menghijau, padahal tanah di seluruh kawasan kemerahan dan bebatuan. “Saya membuat ini agar Pemda dapat dapat mencontoh, tinggal tiru ini,” ujarnya.
Di bagian atas trotoar jalan masih di lahannya, Asman membuat both bisa disewa pemilik restoran atau café, berderet bagi kawasan kuliner. Lokasi kuliner ini mulai banyak dikunjungi kalangan muda.
“Ada sekolah, ada sarana. Bahkan beberapa siswa saya motivasi mulai membuka café di mall-mall,” kata Asman.
Menanjak melangkah dari arah pom bensinnya, agak ke atas, melalui ruang pencucian mobil, kini dapat disimak lapangan futsal. Ada lima. “Dari futsal ini setidaknya kami dapat keuntungan bersih Rp 200 juta,” ujarnya. Tampak sekali usahanya dirintis dari awal berbasis cash di muka. Seperti pencucian mobil.
Kini Asman merencanakan membangun Mall terbesar di pojok kanan depan lahannya. “Pelan-pelan, disesuaikan dengan cash flow,” katanya.
Tak lama kemudian Asman mengajak bertemu di kedai kopi langganannya, tak jauh dari toko emas milik keluarganya.
“Di sini saya acap bertemu dengan toke-toke,” katanya tertawa. Kedai kopi di ruang terbuka di emperan tanpa AC. Di meja bundar dengan bangku plastik, saya simak Asman menikmati lontong sayur, teh tarik dan roti bakar. Pemilik warung kopi etnik keturunan mengaku berteman dengan Asman sejak mereka kanak-kanak. Beberapa pertemanan itu ada juga berkongsi dengan Asman. Kental saya simak, ia melakoni segalanya dengan bersemangat. Bersemangat berbisnis, bersemangat bekerja menumpuk cash, bersemangat bekerja untuk negara.
“Saya mau PNS ke depan memiliki semangat enterprener dan mengedepankan hospitality,” ujarnya. Asman kendati sudah menjadi menteri, kepada kawan kehangatannya tetap kental.*
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H