Televisi Swasta ANTVÂ menyusul sebelumnya NET TVÂ yang sudah diakuisisi pihak lain. Ada apa ini?
Jelang akhir tahun 2024 publik dikagetkan dengan berita PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) di stasiunSebagaimana diketahui kedua televisi swasta itu sempat berjaya di masanya dengan konten-konten yang ditunggu penggemarnya. Tapi kisah sukses itu sepertinya jadi sejarah masa lalu. Lalu mengapa keduanya tidak bisa mempertahankan karyawan bermutu dan berpengalamannya saat ini?
Dilihat dari permasalahan masalah PHK ini sepertinya saat ini stasiun televisi yang masih bertahan harus berjibaku dengan waktu karena kalau tidak segera ibarat kapal akan tenggelam seperti Titanic. Bagaimana tidak ternyata permasalahan televisi saat ini memang pelik dilihat dari berbagai faktor antara lain berkurangnya peminat atau penonton program tayangan televisi tradisional, perubahan cara menonton program televisi para pemirsa sekarang dan adanya pengaruh hiburan televisi dari luar negeri yang lebih berkualitas.
Peralihan perhatian penonton saat ini seperti tayangan online streaming (Netflix, You Tube dan Disney+) menawarkan program televisi yang diinginkan penonton dan tanpa tayangan iklan. Hal ini jelas mengurangi jumlah penonton televisi tradisional.
Hal lainnya penonton yang lebih muda lebih menyukai tayangan lewat smartphones, tablet atau laptop ketimbang duduk di depan televisi.
Berkurangnya penonton televisi berakibat berkurangnya pendapatan stasiun televisi karena pendapatannya lewat iklan berkurang drastis. Hal lain biaya produksi yang tinggi tidak sebanding dengan pendapatan yang didapat,alhasil beberapa tahun belakangan banyak stasiun televisi berdarah-darah untuk membuat keseimbangan. Â Â
Dan di faktor inilah proses PHK terjadi karena dengan gaji karyawan tetap sementara pendapatan televisi berkurang, mau tidak mau harus ada yang dikorbankan.
Permasalahan berikutnya adalah perkembangan teknologi yang cepat membuat peranan para pekerja tehnis tergantikan antara lain editor, graphic desainer, kameraman, script writer dan lainnya secara otomatis, alhasil perusahaan sudah tidak memerlukan lagi dan terpaksa kontrak mereka diputus. Â
Hal lainnya adalah Induk stasiun televisi biar bisa tetap hidup mengalokasikan dananya untuk platform streamingnya seperti yang dilakukan Vidio dan RCTI+ dan mengurangi jatah biaya operasional stasiun televisi tradisional. Dan ini pula yang membuat dikuranginya jumlah karyawan di stasiun televisi tradisional.
Dan terakhir dari efek pandemi Covid 19, 3-4 tahun lalu berakibat pendapatan iklan berkurang secara luar biasa sehingga memaksa stasiun televisi melakukan pemotongan biaya produksi dan operasional sehingga jadwal produksi yang sudah terjadwal batal dan  pada akhirnya mengganggu transaksi keuangan.
Apakah dengan berita-berita diatas masa depan televisi Indonesia masih cerah? Ternyata masih karena jangkauan televisi di Indonesia sudah lebih dari 90 persen dan masyarakat Indonesia lebih menyukai tayangan dan olahraga lokal serta televisi masih merupakan elemen pengikat keluarga. Jadi asal dikemas kekinian dengan melibatkan teknologi yang lebih bagus, masa depan televisi Indonesia masih ada. Semoga. (IP-Desember 2024)