Mohon tunggu...
Iwan Nurdin
Iwan Nurdin Mohon Tunggu... -

Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA)-Jakarta. www.adisuara.blogspot.com www.kpa.or.id

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Aku Membunuh Ayah

20 Mei 2010   06:34 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:05 396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku membunuh ayahku. Ia telah membunuh ibuku karena tidak kebagian ayam goreng. Aku masih lima belas tahun. Pada awalnya, aku menangisi kemiskinan yang menyebabkan ibuku mati. Tapi ketika kutangisi ia tak pernah pergi dari diriku. Seperti laknat yang menguntit hidupku.

Kemudian, aku membalas dendam, ketika ayahku keluar dari penjara. Ia mati kuracun dengan memberinya makan ayam goreng ke seratus duapuluh satu. Ayam terakhir saat ayah pulang kerumah. Sepuluh tahun setelah kematian ibuku.

Seratus duapuluh kali aku menjenguk ayahku di dalam penjara. Setiap hari kamis minggu kedua dalam setiap bulan. Aku mengantar ayam goreng yang kubungkus kertas minyak setiap kali menjenguk ayah. Ia menangis melihatku, meski kemudian tetap memakan ayam goreng bawaanku tersebut dengan lahap.

Ayahku kubunuh di malam jumat. Fajar pagi hari jumat setelah kematian ayah kusambut dengan hati berdegub, Aku melarikan diri dari rumah.

Aku telah dua puluh lima tahun.

siapa yang hobi fiksi silahken dikembangkan.....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun